Penampakan Rumah Bersejarah Serangan Umum 1 Maret, Kondisinya Memprihatinkan
KULONPROGO, iNews.id- Rumah yang dulu pernah digunakan oleh Kepala Staf Operasi Markas Besar Angkatan Perang RI, Abdul Haris Nasution di Kapanewon Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta kondisinya memprihatinkan. Kurangnya perhatian pemerintah menyebabkan rumah bersejarah peristiwa serangan umum 1 Maret dalam perjuangan melawan penjajah semasa perang agresi militer Belanda ke-2 ini nampak terabaikan.
Lokasinya terletak di perbukitan Menoreh yang terpencil wilayah Borogunung, Dusun Boro, Kelurahan Banjarsari, Kapanewon kalibawang, kulonprogo. Rumah yang dulu dimiliki seorang warga bernama Nitirejo ini sebagian nampak telah rusak dan tidak terawat.
Padahal rumah tersebut merupakan saksi bisu sejarah bagaimana sejumlah tokoh penting militer saat itu, seperti Abdul Haris Nasution, Tb Simatupang hingga AE Kawilarang menyusun strategi perang gerilya dan berhasil merebut Kota Yogyakarta selama enam jam atau dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret.

Tidak adanya perhatian pemerintah, pihak keluarga ahli waris rumah ini akhirnya rela mengeluarkan biaya pribadi untuk mengganti bagian rumah yang rusak demi menyelamatkan bangunan.
Mustoyo, ahli waris yang merupakan anak Mbah Nitirejo mengatakan, rumah tersebut dulunya masih utuh, namun dimakan usia sebagian rapuh.
"Saka atau tiang rumah utama masih utuh dan usuk/reng (penyangga genteng) sudah saya ganti karena juga udah lapuk, gebyok sebagian masih ada," ujar Mustoyo, Jumat (1/3/2024).
Selain bangunan utama rumah, ada beberapa saksi sejarah lainnya seperti surat penghargaan dari Staf Angkatan Darat, meja, kursi dibawa ke Museum Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta.
Rumah yang masih menyimpan sejumlah dokumen serta barang peninggalan bersejarah dan sebagian telah disimpan di museum Monumen Yogya ini telah berubah dari lokasi asli atau lokasi semula. Sebelumnya rumah ini berada lokasi tersembunyi, di atas bukit kecil yang memungkinkan untuk mengamati wilayah sekitarnya.
Hendrika Heni, Dukuh Boro mengatakan, dulunya rumah ini berada di atas gunung. "Karena tidak berpenghuni dan tidak dirawat, kemudian olah ahli warisnya, Pak Mustoyo dipindah ke dekat rumahnya sini, biar bisa dirawat," ucapnya.
Mardi Santoso, Lurah Banjarasri menyampaikan, rumah saksi sejarah yang dulu digunakan dalam perang agresi militer belanda ke-2 yang dikenal Serangan Umum 1 Maret bisa dikenal kembali orang lain.
Pemerintah Desa Banjarasri berharap dukungan serta perhatian pemerintah kabupaten maupun provinsi agar lebih memperhatikan salah satu rumah bersejarah di Kulonprogo ini sebagai tempat wisata edukasi yang dapat berfungsi sebagai media pembelajaran sejarah bagi masyarakat khususnya para generasi muda/ di wilayah kulonprogo dan sekitarnya.
"Kami harap pihak terkait, pemerintah bisa lebih memperhatikan/ sehingga bisa kembali mengenang Desa Banjarasri lewat sejarah," katanya.
Editor: Kurnia Illahi