get app
inews
Aa Text
Read Next : BI Siapkan Rp24,8 Triliun untuk Lebaran di Jateng-DIY, Penukaran Uang Mulai 7 Maret

Sampah Makanan Masih Jadi Pekerjaan Rumah di DIY

Rabu, 05 April 2023 - 08:42:00 WIB
Sampah Makanan Masih Jadi Pekerjaan Rumah di DIY
Diskusi penanganan sampah makanan di Yogyakarta, Selasa (4/4/2023). (Foto : Ist)

YOGYAKARTA, iNews.id - Pemerintah Indonesia menargetkan pengurangan sampah makanan hingga 50 persen di 2030 nanti. Namun sampai saat ini belum ada roadmap yang pasti berkaitan dengan capaian setiap tahunnya.

Ternyata persoalan sampah makanan ini juga masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah DIY. Persoalan sampah makanan di DIY ada korelasi dengan budaya ataupun tradisi masyarakat wilayah ini.

Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharja menyebut di Yogyakarta dan sekitarnya masih menjadi budaya, terutama saat ada pesta. Para tamu tentu ingin mengambil semua makanan karena ingin mencobanya semua. Hingga akhirnya karena kemampuan perut terbatas sehingga makanan tidak dihabiskan.

"Pola ini sudah menjadi tradisi. Pokoknya ambil semua untuk dimakan, tapi akhirnya tidak habis dan terbuang sia-sia," ujarnya dalam diskusi penanganan sampah pangan di Yogyakarta, Selasa (4/4/2023).

Bahkan di TPST Piyungan ternyata sampah makanan yang masuk ke sana cukup banyak, jumlahnya mencapai 40 persen bahkan 54 persen di masa-masa tertentu. Jumlah tersebut sebenarnya cukup banyak namun masih sulit untuk menguranginya.

Direktur Eksekutif The Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), Indah Budiyani menyebut sampah makanan saat ini menjadi persoalan serius bagi Indonesia. Tak hanya di Indonesia, sampah makanan ini juga menjadi isu di seluruh dunia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia mencatat, sampah makanan di negara ini mencapai 40 persen dari total sampah yang dihasilkan masyarakat penduduk Indonesia. Tentu menjadi persoalan serius karena sebenarnya bisa memberi makan ratusan juta orang.

"Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2021 bahkan mencatat besaran kehilangan ekonomi Indonesia akibat sampah pangan adalah Rp 213-551 triliun per tahun,"katanya. 

"Ini persoalan serius. Sebab sampah makanan tidak hanya membawa dampak negatif bagi lingkungan namun juga ekonomi masyarakat,"ujarnya lagi.

Sementara Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Bapanas, Nita Yulianis mengungkapkan Bapanas mencoba melakukan pengurangan makanan yang terbuang di tingkat retail dan konsumen hingga 50 persen pada 2030 mendatang.

"Ini menjadi upaya terintegrasi dan kolaboratif. Kalau 1 sampai 5 orang bisa megurangi 500 gram sampah makanan per hari, meski tidak besar maka ketika dikalikan penduduk indonesia yang besar setara dengan 23 juta ton per tahun," ujarnya.

Nita menambahkan, dengan adanya penghematan makanan tersebut maka pemerintah bisa memberi makan 61 juta orang atau 70 persen populasi di indonesia. Bahkan bisa mengatasi kekurangan pangan.

"Saat ini ada 74 kabupaten di indonesia atau 14 persen rentan rawan pangan. Dengan memanfaatkan makanan dengan bijak maka pangan yang terbuang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi kerawanan pangan," ungkapnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Sugeng Purwanto menambahkan, Pemda DIY menginisiasi membuat Ingub Nomor 33 Tahun 2021 untuk mengkampanyekan makan secara bijak dan makan yang diperlukan. Sebab sampah makanan yang dihasilkan DIY juga sama dengan nasional.

"Bahkan di saat tertentu sampah pangan yang dihasilkan sampai 55 persen. Dengan Ingub ini maka diharapkan bisa mengatasi masalah sampah pangan," ujarnya.

Editor: Ainun Najib

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut