Simpati Tragedi Kanjuruhan, Dinkes Sleman Kirim Tim Psikologi Ke Malang
SLEMAN, iNews.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman bersimpati terhadap tragedi Kanjuruhan Malang yang menelan korban jiwa hingga ratusan orang. Dinas Kesehatan, mengirimkan tim psikologi untuk memulihkan trauma korban ataupun keluarga korban atas tragedi tersebut.
Kepala Dinkes Sleman dr Cahya Purnama mengatakan, rasa trauma tentu tidak hanya dialami oleh keluarga korban yang meninggal dunia. Namun juga dirasakan mereka yang korban luka dalam tragedi tersebut. Pemulihan trauma mereka tidak bisa serta merta dilakukan.
“Kami kirimkan tim psikologi untuk membantu mengatasi masalah kesehatan mental yang dialami warga, pascatragedi Kanjuruhan,” katanya, Jumat (7/10/2022).
Tim yang dikirimkan ada sembilan orang yang merupakan inisiatif dari Pemkab Sleman. Pengiriman ini disambut positif oleh Pemkab Malang. Sebab masih banyak warga yang depresi da syock menerima kejadian ini.
Menurut Cahya, saat ini masih banyak korban yang menjalani masa perawatan luka. Kondisi ini dikhawatirkan akan dampak terhadap kesehatan mental yang berpotensi ke jangka panjang.
“Peristiwa yang menimbulkan korban banyak pasti sama-sama ada dampak psikis atau mentalnya kepada masyarakat,” ujarnya.
Cahya menjelaskan, tingkat kemampuan memulihkan dampak psikis dari sebuah kejadian, berbeda-beda pada setiap orang. Seperti ketika orang tua ditinggal anak atau anak ditinggal orang tua semua tergantung kesiapan mental mereka.
"Kalau tidak ditangani dengan hati-hati bisa mengarah ke gangguan jiwa dan harus ditangani ke rumah sakit dan mendapat pengobatan," ungkapnya.
Tim yang dikirimkan akan berada di Malang selama tiga hingga empat hari untuk membentuk jejaring akses layanan Matahati (Masyarakat Tangguh Sehat Jiwa) kepada orang-orang yang terguncang akibat tragedi itu.
Setelah Dinkes menyampaikan mengenai program itu dan akses terbangun, orang-orang yang membutuhkan layanan konsultasi psikologis bisa mengakses layanan Matahati.
Tim yang dikirimkan bertemu dengan Pemkab Malang dan berkunjung ke puskesmas untuk mengetahui kebutuhan mereka dari asessment itu. Setelah terbentuk sistem, mereka bisa mengakses telekonsultasi dengan Pemkab Sleman.
“Kami juga melakukan homecare ke beberapa titik karena waktu mereka terbatas,” ujarnya.
Editor: Kuntadi Kuntadi