Siswa Penyandang Disabilitas di Gunungkidul Jadi Korban Perundungan hingga Jari Patah
GUNUNGKIDUL, iNews.id - Siswa penyandang disabilitas berinisial RAN (13) menjadi korban perundungan saat jam pelajaran di sekolah. Dia terpaksa harus menjalani perawatan di RSUD Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY.
Ditemui di RSUD Wonosari, orang tua RAN, Wasido mengatakan, putranya salah satu siswa di SMP Negeri yang ada di Kapanewon sebenarnya dijadwalkan menjalani operasi pemasangan pen di jari tangan yang patah.
"Tadi harusnya operasi. Sudah masuk ruang operasi tapi karena batuk maka tidak jadi," ujarnya saat ditemui Kamis (22/2/2024) siang.
Menurutnya, dokter memutuskan untuk kembali mengobservasi anaknya sehingga jadwal untuk operasi jari belum bisa dipastikan.
"Kami masih menunggu keputusan dari para dokter yang menangani anak saya," katanya.
Wasido mengatakan, sejak lahir anaknya yang kini duduk di bangku kelas VII SMP ini memang berbeda dengan teman-temannya. Sebb dia terlahir disabilitas yaitu tangannya hanya satu. Perbedaan inilah yang membuat RAN seringkali mendapatkan perlakukan tak pantas dari teman-temannya.
Kemarin seusai zuhur, putranya kembali mendapatkan perlakuan berbeda dari teman-temannya. Informasi yang dia dapat, anaknya menjadi korban perundungan. Mungkin karena tidak terima, anaknya melakukan pembalasan hingga terjadi perkelahian
"Anak saya kan cacat sejak lahir (tidak memiliki tangan kiri), terus diejek-ejek temannya itu. Mungkin gak terima atau gimana hingga terjadi perlawanan dan berkelahi itu," kata Wasido.
Dalam perkelahian tersebut, RAN mengalami cedera pada salah satu jarinya. Karena mengalami kesakitan hebat, siswa ini kemudian dibawa ke rumah sakit oleh gurunya kemudian diminta untuk opname dan melakukan operasi untuk pemasangan pen.
Wasido menjelaskan, biasanya anaknya tersebut tidak melakukan perlawanan. Sebab dia sudah berpesan agar anaknya tidak melakukan perlawanan ketika mendapat perlakuan perundungan dari teman yang lain.
"Namun tidak tahu apa yang terjadi kemarin hingga membuat anak saya melakukan perlawanan saat di-bully," ujarnya.
"Sudah saya welingi (berpesan) kalo diejek diam aja gak usah gimana-gimana, lapor ke guru aja. Mungkin dia gak tahan, kesal karena setiap hari diejek jadi kejadian seperti ini dia melawan. Katanya jarinya kepuntir," ucapnya.
Untuk saat ini, biaya ditanggung mandiri. Sebagai seorang buruh bangunan dia merasa keberatan dengan biaya di rumah sakit sebab tak menggunakan BPJS. Namun saat ini sedang diusahakan untuk Jamkesos dari Dinas Sosial.
Lebih lanjut dia mengungkapkan belum mengetahui secara pasti langkah ke depan untuk menuntut tanggung jawab dari keluarga pelaku ataupun akan melaporkan ke pihak berwajib. Pagi tadi, Wasido ke sekolah untuk membahas permasalahan yang terjadi, namun memang belum ada titik terang.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul, Nunuk Setyowati membenarkan adanya kejadian perundungan yang terjadi di salah satu SMP Negeri di wilayah Wonosari. Adapun pihaknya telah mengumpulkan keterangan dari berbagai pihak, termasuk dari pihak sekolah.
"Keluarga sudah mediasi dengan pihak sekolah. Saya belum update lebih lanjut lagi mengenai perkembangannya. Nanti saya telepon kepala sekolah lagi. Untuk proses surat, berkaitan dengan rekomendasi kelanjutannya seperti biaya dan bagaimananya sedang proses," ucap Nunuk saat dikonfirmasi via telepon.
Editor: Donald Karouw