Wali Kota Jogja Minta Warga Tak Lebay Menyikapi Penutupan TPST Piyungan

GUNUNGKIDUL, iNews.id- Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti meminta masyarakat untuk tidak berlebihan menyikapi persoalan penutupan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan. Apalagi dengan memunculkan topik baru agar trending, Jogja Darurat Sampah.
"Jangan terlalu lebay lah melihat dengan darurat sampah,"tutur Haryadi ketika ditemui di sela Halal Bihalal Bupati dan Wali Kota se-DIY di Taman Budaya Gunungkidul, Rabu (11/5/2022).
Haryadi menuturkan, jika tempat membuangnya ditutup maka sampah akan kemana-mana atau tidak terkontrol. Seperti manusia ketika tidak bisa membuang hajat maka perutnya akan kembung dan akhirnya nanti akan meledak.
Hanya saja, Pemerintah Kota Yogyakarta telah mengukur dan bekeja sama dengan daerah lain untuk mengoptimalkan tempat-tempat di daerah kota untuk menjadi tampungan sementara sampah-sampah yang ada saat ini.
"Jadi tidak di jalan lagi. Yang menjadi persoalan adalah orang membuang sampah di jalan. Ini perilaku apa?" kata Haryadi.
Haryadi mengaku heran karena sebelumnya tidak ada warga yang membuang sampah di jalan. Namun sekarang dengan alasan tidak ada TPST Piyungan masyarakat terus membuang sampah di jalan.
"Mulai besok bisa dilihat tidak ada lagi sampah-sampah di jalan-jalan protokol di Kota Yogyakarta," kata dia.
Dia akan mengerahkan 32 truk pengangkut sampah untuk memindahkan sampah dari jalan-jalan protokol menuju ke tempat-tempat penampungan sampah yang disediakan. Harusnya ketika TPST Piyungan ditutup maka sampah tidak dibuang di jalan namun ditaruh sementara di rumah.
Haryadi mengakui beban sampah di Kota Yogyakarta cukup besar. Perhari mereka mengirim sampah ke TPST Piyungan sebanyak 360 ton. Padahal warga Kota Yogyakarta yang resmi terdaftar di Disdukcapil adalah 450.000 namun yang beraktivitas jumlahnya mencapai 1,5 juta orang berasal dari manapun.
"Jadi memang problemnya jumlah berat orang yang beraktivitas dibanding dengan jumlah berat sampah lebih banyak berat sampahnya. Jumlah berat orang 50 kilogram dikali 1,5 juta orang kan tidak sampai 100 ton. Lha ini bisa 360 ton sampahnya," ujar dia.
Haryadi mengaku tidak menyalahkan sistem reduce recycle dan reuse sampah yang belum bisa diterapkan maksimal, namun menurutnya sampah adalah perilaku. Hal tersebut bisa dibandingkan dengan Singapura.
Menurut Haryadi tempat sampah di Singapura jauh lebih sedikit dibanding dengan Jogja. Namun ternyata sampahnya jauh lebih sedikit dibanding kota Yogyakarta. Artinya tempat sampah tidak identik dengan kebersihan "Sehingga perilaku itu sangat penting bagi penataan persampahan,"ujarnya.
Editor: Ainun Najib