Warga Terdampak Bandara Jogja Mulai Tempati Hunian Relokasi
KULONPROGO, iNews.id – Hunian relokasi di atas tanah Pakualaman (Pakualam Ground) di Desa Kedundang, Kecamatan Temon, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai ditempati warga terdampak pembangunan bandara baru Yogyakarta (New Yogyakarta International Airport), Senin (7/5/2018).
Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, secara simbolis menyerahkan kunci rumah kepada warga. “Ini merupakan realisasi tuntutan warga. Mereka dua hari tidur di (kantor) pemda minta rumah dekat jalan dan fasilitas umum. Akhirnya terealisasi,” kata Hasto saat melihat kondisi rumah hunian relokasi, Senin (7/5/2018).
Menurut Hasto, program rumah gratis ini menjadi bagian meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulonprogo juga terus memberikan pelatihan keterampilan kepada warga terdampak agar siap menyambut bandara baru. “Harapan kami warga yang belum pindah bisa berpikir ulang dan mau pindah karena bandara ini untuk menyejahterakan (masyarakat),” ucapnya.
Di Kedundang ada 50 unit rumah yang dibangun dari Kementerian Pekerjaam Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR). Sebanyak 50 unit rumah lagi akan dibangun di Kaligintung yang juga menggunakan tanah Kadipaten Puro Pakualaman, lantaran jumlah rumah yang tersedia masih kurang dibandingkan dengan jumlah warga terdampak.
Khusus di Kedundang, masih tersisa lima unit rumah lagi. Ini diprioritaskan bagi warga difabel yang masih bertahan di lokasi bandara. Sisanya untuk warga miskin lain yang kompensasinya masih di bawah Rp200 juta. “Siapa yang cepat mendaftarkan akan lebih diprioritaskan,” kata Hasto.
Pemkab Kulonprogo juga terus melakukan upaya persuasive dengan menemui warga yang masih bertahan dan menolak bandara. Salah satunya bekerja sama dengan PT Angkasa Pura (AP) I untuk menawarkan sewa rumah. Pemkab juga menyiapkan sukarelawan untuk membantu pengosongan lahan.
“Kami telah menyiapkan 500 orang relawan dari Tagana, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), linmas yang akan membantu mengangkat barang. Saat pengosongan dan selesai,” katanya.
Direktur PT Angkasa Pura I, Faik Fahmi mengatakan, saat ini masih ada 37 kepala keluarga yang bertahan di 31 rumah. Mereka terus berkordinasi untuk proses pengosongan lahan. Warga akan ditempatkan di sejumlah rumah kontrakan yang disiapkan pemerintah. “Kami tidak pernah menggusur paksa, hanya kami pindahkan saja,” ucapnya.
Faik berharap warga segera mencairkan dana kompensasi yang sudah dititipkan di pengadilan. Dana itu bisa dipakai membangun rumah atau modal usaha baru. “Terkait masih ada warga yang menolak dan bertahan meninggalkan lokasi IPL (Izin Pengelolaan Lahan), itu kan ada polisi yang bertanggung jawab untuk keamanan,” katanya.
Sementara itu, salah seorang warga, Pawirodiharjo (91) mengaku sangat senang mendapatkan rumah di tempat relokasi. Dia sudah tiga hari menempati rumah yang diberikan pemerintah. Rumah dengan tipe 36 ini lengkap dengan isinya, dua set meja kursi, dua tempat tidur dan kasur busa. “Saya senang sekali mendapat ini. Saya sudah tidak ada lahan di sana,” katanya.
Pawirodiharjo tidak ingat betul jumlah dana kompensasi yang dia terima. Dia sudah membagikan kepada enam anaknya. Dia akan tinggal di tempat ini dan akan diurus oleh anak-anaknya.
Editor: Himas Puspito Putra