Ketua PP RMI PBNU mengatakan, pendekatan terpadu harus dimulai melalui proses pencegahan dan edukasi protokol kesehatan hingga penanganan jika ada kasus paparan Covid-19 di pesantren.
Menurut dia, jika ada kasus Covid-19, pesantren sangat membutuhkan pendampingan agar dapat mengambil keputusan tepat terkait keselamatan santri dan pengasuhnya.
"Selanjutnya pesantren juga membutuhkan akses ke dokter dan fasilitas kesehatan, kepastian swab PCR test dan dukungan ruangan isolasi atau karantina yang layak," katanya.
Dia mengemukakan, arus informasi publik terkait pemberitaan klaster pesantren perlu dikelola dengan baik dan berpihak pada pesantren. Tujuannya agar pesantren tidak terpuruk selama dan pasca masa pandemi ini akan menerima stigmatisasi.
"Semua ikhtiar ini layak dan penting kita kerjakan bersama-sama demi memastikan masa depan pendidikan akhlak dan karakter bangsa," ujar Abdul Ghofarrozin.
Sekadar informasi, berdaasarkan tabel yang disertai dalam keterangan tertulis tersebut, jumlah tertinggi pencatatan kiai dan nyai yang meninggal akibat Covid-19 terjadi di rentang waktu Agustus-September. Jumlahnya bertambah sebanyak 49 orang dari yang tadinya 41 menjadi 90 Orang.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait