YOGYAKARTA, iNews.id – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan ada crack atau rekahan di magma Merapi. Ini menunjukkan magma sudah dekat ke permukaan dan menunggu kubah baru.
Kepala Seksi Gunung Merapi, BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan, berdasarkan hasil foto-foto satelit, telah terjadi pembentukan crack atau rekahan di kawah atau kubah lava pascaerupsi 2010 dan 2018. BPPTKG juga telah melakukan analisa yang menunjukkan aktivitas guguran semakin intensif.
"Perkembangan rekahan dan aktivitas guguran menunjukkan magma sudah sangat dekat di permukaan sehingga kita menunggu kapan magma ini membentuk kubah di permukaan,” katanya, Minggu (29/11/2020).
Agus mengatakan, pada Minggu (22/11/2020) lalu terjadi guguran dinding kawah di lava 1954. Ini merupakan kejadian luar biasa karena volume yang runtuh cukup besar dan kejadian tersebut merubah morfologi puncak. Untuk itulah tidak disarankan ada misi apapun ke puncak Gunung Merapi.
“Apapun alasannya termasuk untuk mitigasi pun tidak boleh karena kondisi saat ini masih sangat berbahaya,” kata Agus.
Saat ini sudah ada kemajuan teknologi baik menggunakan satelit ataupun drone untuk memantau kondisi terkini di puncak Merapi. Kerusakan peralatan di sana tidak menjadikan masalah, karena pantauan masih bisa dilakukan. Justru adanya relawan di Merapi yang naik ke atas pada 27 November lalu sangat membahayakan.
“Metode visual sudah cukup memadai, tidak perlu misi ke puncak yang sangat berbahaya. Kejadian kemarin, ada teman kita yang mendaki ke puncak, itu tidak bisa dibenarkan karena dapat membahayakan diri sendiri,” katanya.
Sebelumya, akun Instagram @laharbara menunjukkan video puncak Merapi dan terjadi guguran. Diapun mengajak warganet merasakan getaran ketika dirinya berada 50 meter dari lokasi guguran. Tidak hanya itu pengunggah juga menjelaskan kondisi kawah dengan jarak sekitar 75 meter di bawah dan kondisi puncak lava 1954 yang longsor menuju kawah.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait