Dijelaskan pula bahwa struktur tiga dimensi bangunan Candi Borobudur dapat dirancang secara detail di metaverse.
Dengan teknologi itu, menurut dia, wisatawan juga memungkinkan merasakan seolah menapaki batu tangga Candi Borobudur seperti kondisi aslinya.
"Kaki kita seolah-olah berat naik (tangga candi), suasana juga bisa dibuat seperti sensasi saat sunrise," ujar dia.
Meski demikian, menurut dia, diperlukan studio khusus yang yang bisa didirikan di kawasan Candi Borobudur dengan dilengkapi peralatan penunjang teknologi metaverse.
Menurut Wiwit, FMIPA UGM siap bekerja sama untuk mendukung pengembangan teknologi itu.
"Seandainya diminta untuk mendukung, kami siap," ujar dia.
Ketua Umum Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) dan peneliti Borobudur Marsis Sutopo menilai penggunaan teknologi patut dipertimbangkan untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur dengan menyesuaikan selera generasi Z.
"Kita juga harus memikirkan selera generasi Z karena sudah tersedia informasinya di metaverse. Maka, daripada panas-panas, cukup buka laptop, kemudian melihat Borobudur melalui metaverse," kata dia.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait