YOGYAKARTA, iNews.id - Belum semua tenaga kerja di DIY terlindungi jaminan ketenagakerjaan. Masih banyak pekerja yang belum masuk dalam kepesertaan BPJS Kesehatan.
Kepala Bidang Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan DIY, Sofia Nur Hidayati mengatakan, jumlah peserta dari DIY belum mencapai 40 persen dari seluruh tenaga kerja di DIY. Saat ini baru sekitar 57.000 orang tenaga kerja.
"Jumlah ini memang masih cukup jauh dari jumlah angkatan kerja yang ada di Yogyakarta. Sehingga perlu ditingkatkan lagi karena memang kemanfaatannya cukup banyak," ujar dia, Selasa (6/9/2022).
Sofia mengungkapkan tenaga kerja yang paling banyak belum menjadi peserta adalah dari sektor informal. Persoalannya karena kesadaran mereka memang masih minim di samping merasa belum membutuhkan.
Saat ini, mereka belum memberikan perlindungan kepada dirinya sendiri maupun kepada tenaga kerjanya. Padahal sebenarnya perlindungan tenaga kerja terhadap pemilik usaha itu sama pentingnya dengan perlindungan untuk tenaga kerja baik di sektor formal maupun informal.
"Kami tetap berharap agar pengusaha sektor informal mendaftarkan diri paling tidak melindungi dirinya sendiri," ujarnya.
Sofia mengatakan, perusahaan di sektor informal ini belum memiliki karyawan. Sehingga mereka merasa belum membutuhkan perlindungan asuransi ketenagakerjaan.
"Ya mereka bekerja sendiri nah penting juga melindungi dirinya. Kalau bukan kita siapa lagi yang memikirkan makanya kami berharap tetap ikut perlindungan asuransi," ujarnya.
Di samping itu, cukup banyak perusahaan yang belum mendaftarkan tenaga magang mereka menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Padahal sejatinya mereka perlu dilindungi juga mengingat resiko kerjanya juga sama.
BPJS pernah menerima laporan kecelakaan kerja oleh mereka yang mengikuti program magang di sebuah perusahaan. Namun karena tidak terdaftar dalam kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan maka mereka tidak mendapatkan klaim dari BPJS Ketenagakerjaan.
"Mereka tidak patuh alias tingkat kepatuhannya cukup masih rendah. Mereka masih menganggap asuransi ini masih wajib sehingga mungkin memberatkan padahal ini juga kita tidak pernah tahu yang namanya resiko gitu," ujar dia.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait