JAKARTA, iNews.id - Lebaran kadang sampai membuat seseorang gelap mata dengan kondisi keuangan mereka. Pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan tips mengelola keuangan yang tepat di momen Lebaran agar tidak ambyar.
Menurut Pakar perencana keuangan FEB UGM, Eddy Junarsin, pada musim mudik Lebaran umumnya jumlah pengeluaran seseorang akan lebih besar dibanding dengan pendapatannya selama satu bulan.
Meski begitu, pengeluaran tersebut bisa ditutupi dari hasil pemasukannya dari 11 bulan lainnya. Untuk itu, ia mengimbau seseorang sudah menghitung betul jumlah dana yang dibutuhkan di momen Lebaran ini sebelum menghabiskannya.
“Ada bulan-bulan tertentu, misalnya hari Idul Fitri dan musim anak masuk sekolah, pengeluaran di atas penghasilan sehingga terjadi defisit. Namun, dihitung secara total tahunan bisa ditutupi. Karenanya perlu ada dana yang ditabung sebelumnya,” ucap Eddy dikutip dari laman resmi UGM, Kamis (21/4/2022).
Menurut Eddy, dalam mengelola perencanaan keuangan yang baik perlu ada proteksi keuangan (financial protection), proteksi kekayaan (wealth protection) dan distribusi kekayaan (wealth distribution). Tiga pilar ini wajib dimiliki setiap orang. Hanya saja, tak semua orang sanggup melaksanakannya karena kondisi ekonomi yang berbeda-beda.
Eddy menjelaskan proteksi keuangan adalah kondisi keuangan di mana memiliki cukup uang untuk memenuhi pengeluaran bulanan. Oleh karena itu, minimal 10 persen dari total pendapatan setiap bulannya sebaiknya ditabung.
Uang yang ditabung selain bisa dijadikan dana simpanan, namun juga bisa diperuntukan untuk kegiatan investasi. Bahkan dana tabungan itu dijadikan untuk menutupi pengeluaran selama mudik.
“Kedisiplinan sangat penting untuk menabung,” tutur dia.
Sementara untuk hutang, Eddy menyebutkan rasio hutang yang sehat itu persentasenya maksimal 35 persen dari total pendapatan. Sehingga sisa dari pendapatan masih bisa digunakan untuk pengeluaran bulanan.
“Maksimal cicilan hutang kita hanya 35 persen dari take home pay. Sisanya untuk pengeluaran rutin,” katanya.
Ia mengingatkan, pengeluaran yang membengkak saat mudik Lebaran jangan sampai menambah persentase hutang baru. Penting menurutnya menjaga rasio hutang tetap di angka maksimal 35 persen.
“Momen hari raya memang bukan bulan bagi kita untuk berhemat. Justru pengeluaran kita bertambah, tapi saya kira bisa ditutupi dari akumulasi dari pendapatan kita selama setahun,” katanya.
Namun begitu, kegiatan mudik Lebaran bisa memberikan dampak ekonomi bagi daerah yang menjadi tujuan para pemudik. Sebab, jumlah perputaran uang diprediksi akan meningkat sehingga mampu memberikan dampak positif ekonomi bagi masyarakat sekitar.
“Pasti pendapatan akan meningkat terutama para pedagang. Inflasi juga akan naik. Ada efek positifnya,” ujarnya.
Sementara itu, pemerintah memprediksi akan ada 85 juta orang yang melaksanakan mudik. Angka ini meningkat karena dua tahun belakang kegiatan tersebut dilarang akibat pandemi Covid-19.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait