Namun sayang, sampai di lokasi gudang sembako tersebut sudah banyak yang mengantre. Ternyata ia sendiri tidak kebagian antrean sehingga tidak bisa mendapatkan minyak yang diinginkannya, sehingga ia terpaksa gigit jari.
Saat tiba di lokasi gudang, ternyata antreannya sudah habis. Karena setiap antrian hanya mengalokasikan 75 karton di mana satu orang hanya diperkenankan mendapatkan 1 karton saja. Dan saat intan datang, sudah ada 78 orang yang antre.
Kunto, salah seorang pedagang di pasar Argosari, Wonosari mengaku 3 hari ini tidak menjual minyak goreng kemasan. Kunto menyebut, saat ini dia terpaksa tidak menjual minyak goreng, karena kesulitan untuk 'kulakan' di grosir grosir. "Carinya sulit, jika ada maka belinya harus memakai syarat," ujar Kunto ditemui di lapak pasarnya.
Syarat yang dimaksud, lanjut Kunto, jika membeli satu karton minyak goreng kemasan, maka harus membeli juga satu karton tepung kemasan, atau satu karung gula pasir.
Kunto menyebut, dia sendiri tidak tahu mengapa bisa terjadi seperti ini. Dia juga tidak tahu mengapa grosir grosir menerapkan aturan ini.
"Harga satu karung gula pasir kan rata rata Rp625.000, satu karton minyak goreng seharga Rp168.000, jadi kan modal untuk kulakan minyak jadi besar, iya kalau kita pas butuh gula pasir, kalau tidak kan modal jadi terhenti di barang," lanjut Kunto dengan nada gusar.
Dengan itu, lanjut Kunto, maka banyak pedagang pedagang di pasar Wonosari seperti dirinya memilih untuk tidak 'kulakan' untuk stok minyak kemasan.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait