Wakil Bupati Bantul, Joko Purnomo saat ditemui usai acara Rembug Stunting di Pendopo Komplek Pemkab Bantul, Selasa (06/06/2023). (Foto : iNews.id/Yohanes Demo)

BANTUL, iNews.id-Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DIY menyebut Kabupaten Bantul menempati posisi kedua terendah pada angka pertumbuhan stunting di DIY. Pemkab Bantul dinilai cukup sukses dalam menurunkan angka stunting dua tahun belakangan ini.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di DIY tahun 2022 mencapai 16,4 persen. Angka tersebut merupakan rata-rata jumlah stunting di Kabupaten/Kota di DIY.

Adapun Kabupaten Gunungkidul menjadi daerah paling tinggi jumlah penduduk dengan stunting yakni sebesar 23,5 persen, disusul Kabupaten Kulonprogo sebesar 15,3 persen, Kabupaten Sleman 15 persen, lalu Kabupaten Bantul 14,9 persen dan Kota Yogyakarta sebesar 13,8 persen.

Kepala BKKBN DIY, Shodiqin mengatakan, dalam kurun waktu 2021/2022 terjadi penurunan angka stunting yang cukup tinggi di Kabupaten Bantul, yakni mencapai lebih dari 4 persen. Pada tahun 2021 angka stunting di Bantul masih berada di angka 19,1 persen, namun pada tahun 2022 bisa turun menjadi 14,9 persen.

"Jadi angka penurunan stunting di Bantul pada tahun 2021 ke 2022 paling tinggi dibandingkan angka penurunan stunting di kabupaten/kota lainnya di DIY. Harapan kita pada tahun 2023 ini penurunannya juga minimal sama dengan penurunan angka stunting di tahun 2022 yang lalu," katanya di sela-sela acara Rembuk Stunting yang digelar di ruang pertemuan, Komplek Pemda 2 Manding, Kabupaten Bantul, Selasa (06/05/2023).

Menurutnya, penyebab stunting erat hubungannya dengan kemiskinan. Hanya saja, hal tersebut bukan satu-satunya faktor penyebab stunting. Dia menyebut pola asuh yang salah juga bisa berdampak pada tumbuh kembang anak.

"Jadi kadang ada anak dari keluarga yang mampu ketika diasuh oleh asisten rumah tangga atau neneknya tidak diberi asupan gizi yang baik. Sehingga anak mengalami stunting. Biasanyakan kalau anak rewel kemudian diberikan mainan atau gawai, namun pengasuh atau nenek lupa memberikan makan kepada anak yang diasuhnya," ujarnya.

Di sisi lain, faktor usia orangtua saat hamil juga disebut menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting. Pasalnya, banyak ditemukan pula kasus stunting yang dipengaruhi faktor tersebut. 

"Di sisi lain, memang ada penyebab anak stunting diantara hamil diusia dini hingga hamil pada usia diatas 35 tahun. Sebab banyak temuan kasus dari pendamping keluarga, anak mengalami stunting karena faktor tersebut. Selain faktor pola asuh anak," katanya.

Sementara itu, Wakil Bupati Bantul sekaligus Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Bantul, Joko Purnomo menyatakan, dalam triwulan pertama tahun 2023, dari pengukuran berat badan yang dilakukan pada lebih dari 47.000 balita, ditemukan 6 persennya mengalami stunting.

"Harapan kita kalau angka temuan angka enam persen akan berlanjut hingga akhir tahun maka jumlah stunting di Bantul yang saat mencapai 14,9 persen bisa turun jauh," ujarnya.

Joko berharap adanya pengalokasian anggaran pada tingkat padukuhan sebesar Rp50 juta bisa dimanfaatkan untuk menurunkan angka stunting hingga tingkat bawah. 

"Sebenarnya capaian penurunan angka stunting tahun 2021 ke tahun 2022 yang mencapai lebih dari empat persen hingga mendapatkan penghargaan tidak penting. Kita tidak ingin hanya mendapatkan penghargaan piagam saja, namun secara kongkrit bagaimana kita bisa menurunkan angka stunting. Omong kosong besar ketika kita bisa menaikkan pendidikan, perekonomian, namun stunting besar," ucapnya.


Editor : Ainun Najib

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network