Menurutnya terorisme ini justru lebih kejam dibandingkan dengan paham yang lain. Mereka menjual paham romantisme usai mati nanti. Sementara gerakan lain seperti liberal ataupun komunis yang dijual adalah kebahagiaan selama hidup.
Sasaran yang paling banyak dilakukan adalah kalangan ibu rumah tangga, anak-anak atau generasi Z dan kemudian juga para pemuda. Mereka mengincar terhadap kaum yang pemahaman agamanya masih rendah terutama dari kalangan ekonomi lemah.
"Iming-iming ekonomi juga sering digunakan untuk propaganda," ujar dia.
Dia mengatakan, saat ini wilayah yang paling banyak asal napiter ataupun mantan Napiter dari Solo Raya dan Bima Nusa Tenggara Timur. Di Solo Raya dia ada 200 orang lebih yang menjadi napiter, sementara di Bima ada satu dusun yang terkontaminasi paham radikalisme.
Nisan mengatakan, pihaknya berusaha menggunakan kearifan lokal untuk menanggulangi penyebaran ajaran terorisme ini. BNPT berupaya membangkitkan semangat mencintai budaya lokal dari warga masyarakat.
"Teroris ini sangat benci dengan budaya lokal. Sehingga kita perlu perkuat kearifan lokal tersebut," ujarnya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait