Bubur suro yang dibuat masyarakat Pekalongan dalam menyambut tanggal 10 Muharam. Foto: iNews/Suryono Sukarno.

JAKARTA, iNews.id - Bubur Asyura memperingati hari apa ternyata menyimpan sejarah dan makna. Hari Asyura 10 Muharram memang identik dengan tradisi bagi-bagi bubur di sebagian kalangan muslim Indonesia. 

Bubur Asyura Memperingati Hari Apa

Bubur Asyuro atau bubur suro memeringati Hari Asyura yang jatuh tanggal 10 Muharram. Tahun ini, Hari Asyura 10 Muharram jatuh bertepatan pada hari Jumat, 28 Juli 2023.

Asyura berasal dari kata asyara, artinya bilangan 10. Banyak peristiwa penting dan monumental yang terjadi di tanggal 10 Muharram. 

Badaruddin al-‘Aini dalam kitab Umdatul Qari’ Syarah Shahih Bukhari, juz 11, halaman 117, menjelaskan sebuah pendapat bahwa di hari ‘Asyura Allah memberikan kemuliaan dan kehormatan kepada sepuluh nabi-Nya. 

Yaitu kemenangan Nabi Musa atas Fir’aun, pendaratan kapal Nabi Nuh, keselamatan Nabi Yunus dengan keluar dari perut ikan, ampunan Allah untuk Nabi Adam AS, keselamatan Nabi Yusuf dengan keluar dari sumur pembuangan. Selain itu, kelahiran Nabi Isa AS, ampunan Allah untuk Nabi Dawud, kelahiran Nabi Ibrahim AS, Nabi Ya’qub dapat kembali melihat, dan ampunan Allah untuk Nabi Muhammad baik kesalahan yang telah lampau maupun yang akan datang.

Karena itu, muslim di belahan dunia menyambut hari Asyura dengan beragam amalan dan tradisi. Salah satunya membuat bubur asyura seperti lazim dilakukan masyarakay Muslim Indonesia.

Sejarah Bubur Asyura

Bubur Asyuro ternyata sudah ada sejak masa Nabi Nuh kala bersama kaumnya yang beriman selamat dari banjir besar dengan menaiki perahu.

Dinukil dari laman PISS-KTB, dihikayatkan, bahwa tatkala perahu Nabi Nuh AS. sudah berlabuh (siap digunakan) pada hari ‘asyuro, beliau berkata kepada kaumnya: “kumpulkanlah semua perbekalan yang ada pada diri kalian!”. Lalu beliau menghampiri (mereka) dan berkata: “(ambillah) kacang fuul (semacam kedelai) ini sekepal, dan ‘adas (biji-bijian) ini sekepal, dan ini dengan beras, dan ini dengan gandum dan ini dengan jelai (sejenis tumbuhan yang bijinya/buahnya keras dibuat tasbih)”.

Kemudian Nabi Nuh berkata: “pasaklah semua itu oleh kalian!, niscaya kalian akan senang dalam keadaan selamat”. Dari peristiwa ini maka kaum muslimin (terbiasa) memasak biji-bijian. Dan kejadian di atas merupakan praktik memasak yang pertama kali terjadi di atas muka bumi setelah kejadian topan. Dan juga peristiwa itu dijadikan (inspirasi) sebagai kebiasan setiap hari Asyuro.

Kisah Nabi Nuh tersebut disebutkan dalam Alquran, Surat Hud ayat 41.

وَقَالَ ارْكَبُوْا فِيْهَا بِسْمِ اللّٰهِ مَجْرٰ۪ىهَا وَمُرْسٰىهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. (QS. Hud: 41).

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan maksud ayat tersebut yakni dengan menyebut nama Allah, ia (Nuh) dapat berlayar di atas banjir, dan dengan menyebut nama Allah pula ia dapat berlabuh di akhir perjalanannya.

Mengenai lama masa banjir dibumi ini Ulama' berbeda pendapat, sebagian ulama' berpendapat : "Banjir itu menggenang di atas bumi selama 6 bulan" Sebagian ulama' lagi berpendapat bahwa banjir itu menggenangi bumi selama 150 hari (5 bulan).

Setelah hampir enam bulan, perahu Nabi Nuh berlabuh tepat pada Hari Asyuro,yaitu tanggal 10 dari Bulan Muharram.


Editor : Kastolani Marzuki

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network