Ayah Basoeki dikenal sebagai pelukis naturalis yang namanya tercatat dalam sejarah seni lukis Indonesia. Basoeki kerap menyebut ayahnya sebagai salah satu pelukis bumiputera menonjol pada abad ke-20 setelah Raden Saleh wafat (1880).
Raden Abdullah Suriosubroto merupakan putra dokter Wahidin Sudirohusodo (1857-1917) dengan istri pertama yang bernama Freuiletau de Brtuyne alias Anna. Sementara ibu Basoeki Abdullah berasal dari keluarga Kasunanan Solo. Perempuan ningrat yang menjadi istri kedua Raden Abdullah Suriosubroto itu tersohor sebagai seniman batik.
Pada usia remaja, Basoeki pindah ke Yogyakarta dan banyak bergaul di dalam lingkungan keraton. Salah satu teman mainnya yang sama-sama menyukai kesenian wayang, tembang dan musik gamelan, adalah Raden Mas Dorodjatun yang kelak dinobatkan menjadi Sultan Hamengkubuwono IX.
Pengalaman spiritual pertama Basoeki Abdullah terkait eksistensi Nyai Roro Kidul berlangsung tahun 1933, atau saat usianya menginjak 18 tahun. Dia tiba-tiba digerakkan suara perempuan misterius.
Suara bisikan itu memaksanya mengayuh sepeda pancal Simplexnya sejauh 20 kilometer, untuk menuju kawasan Pantai Parangtritis. Di Parangtritis Basoeki duduk bersila, bersemedi, dan berdoa.
Dia memohon agar perjalanan hidupnya senantiasa diberi arahan yang jelas. Setelah beberapa jam di pantai, Basoeki kembali mendengar suara bisikan serupa agar segera kembali ke rumah, karena ada sesuatu yang menantinya. Tepat waktu subuh, dia sudah berada di kamarnya dan menemukan sepucuk surat di atas meja yang ditulis pamannya.
Isi surat itu meminta Basoeki Abdullah menyiapkan diri karena telah mendapat beasiswa untuk belajar melukis di Negeri Belanda. Beasiswa itu datang dari Catholic Mission atau Missi Katolik.
Basoeki Abdullah mempercayai suara bisikan perempuan misterius itu datang dari Nyi Roro Kidul.
“Saya yakini, dia adalah Nyi Roro Kidul,” kata Basoeki.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait