"Bagi mereka menembak hanya sebuah perintah dari satuan atas. Mungkin mereka yang penting datang ke lapangan, ambil senjata lalu nembak, tanpa adanya jadwal atau pembenahan yang jelas," ujarnya.
Tim pelatih dari Indonesia pun segera mengambil tindakan dengan menanamkan pemahaman baru dan metode latihan yang baru. Sebab, metode latihan yang dilakukan sebelumnya tidak menghasilkan kualitas hasil yang baik.
"Jadi, kami atur jadwal mulai dari bangun pagi, kegiatan latihan, sampai sore hari, pulang. Pagi kita pembinaan fisik, siang materi menembak. Kami tanamkan program yang belum pernah mereka lakukan,” ujarnya.
Pelatihan yang digeber tim pelatih dari TNI ini membuahkan hasil yang membanggakan. Dalam ajang AARM pada 2013 tersebut, tentara Brunei Darussalam menduduki peringkat keempat di bawah Indonesia, Thailand dan Filipina.
Berkat pelatihan di bawah sniper Kopassus, Brunei Darussalam berhasil mempecundangi Malaysia dan Singapura. Hal ini menjadi prestasi yang cemerlang bagi negara tersebut. Sebab, para pelatih dari TNI berhasil membawa Brunei melampaui target yang ditetapkan. Saat itu, target dari Brunei Darussalam di AARM ke-23 di Myanmar hanya masuk 5 besar dari 10 negara peserta.
"Sebelumnya selalu mendapat nomor 7, 8 atau peringkat akhir. Pada saat pertandingan di Myanmar, kontingen Brunei Darussalam berhasil meraih 4 besar, di bawah Indonesia, Thailand dan Filipina. Jadi mereka berhasil mengalahkan Malaysia dan Singapura yang sebelum-sebelumnya selalu di atas Brunei," katanya.
Kejuaraan satu ini memang menjadi ajang bergengsi untuk menunjukkan kehebatan masing-masing prajurit tentara di negara ASEAN. Sertu Pardal menerapkan latihan yang begitu menyeramkan menurut versi tentara Brunei Darussalam.
Pelatihan yang diterapkan oleh Serka Pardal ternyata di luar batas kemampuan dari tentara Brunei Darussalam. Bahkan, tentara negeri penghasil minyak tersebut banyak pingsan mengikuti kerasnya pelatihan yang dilakukan Pardal. Namun, dengan gemblengan Serka Pardal, Brunei Darussalam menunjukkan prestasi yang bagus di AARM.
Selain penugasan untuk melatih Tim Rifle Brunei Darussalaml, Serka Perdal juga pernah menjalankan berbagai tugas operasi semasa bertugas di Grup 2 Kopassus. Dia pernah terjun dalam operasi militer di Ambon, Aceh dan pengamanan perbatasan Republik Indonesia (RI)-Papua Nugini (PNG).
"Saat di Kopassus pernah bertugas di operasi militer Ambon sebanyak dua kali, saat itu operasi gabungan. Jadi ada Kopassus, Marinir dan Paskhas tahun 2000 hingga 2001 dan 2002 hingga 2003. Lalu di Aceh tahun 2003-2004 dan 2005-2006 itu saat tsunami Aceh," ujar Pardal.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait