YOGYAKARTA, iNews.id – Lahir prematur dengan gangguan penglihatan low vision, tidak menyurutkan langkah Akhlaqul Imam (18) untuk berprestasi. Pemuda ini diterima menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta lewat jalur Penelusuran Bibit Unggul Berprestasi (PBUB).
Segudang prestasi telah diraih Imam sejak di bangku SMA 2 Payakumbuh, Sumatera Barat. Tidak hanya juara kelas, dia juga meraih penghargaan dari berbagai lomba tingkat nasional maupun internasional.
Imam pernah meraih peringkat dua disabilitas berpretasi tingkat nasional (2019), meraih medali perunggu Olimpiade Geografi Nasional UGM (2019), dan terbaik 3 Parlemen Remaja DPR RI (2018). Sebelumnya juga meraih medali emas dan 2 perunggu Global IT Challange for Youth with Disabilities (2017), medali perak Jambore TIK Penyandang Disabilitas (2017) dan medali perak Olimpiade Sains Nasional Bidang IPS (2016).
“Saya lahir prematur dalam usia kandungan enam bulan 10 hari,” katanya.
Kondisi ini yang menjadikan pertumbuhannya tidak maksimal, salah satunya pada retina pembuluh darah yang menjadikan gangguan mata Retinopati Prematuritas (ROP). Dia juga harus berada di dalam inkubator selama 50 hari, sehingga mempeparah kondisinya. Kini jarak pandang maksimal hanya 1,5 meter dan jarak baca lima sentimeter (cm).
Agar matanya berfungsi maksimal, dia rutin periksa ke dokter spesialis mata. Sedangkan beraktivitas menggunakan kaca pembesar, teropong dan kaca mata silinder. Sejak SMP untuk membaca tulisan di papan tulis menggunakan teropong.
“Saya tidak pernah minder. Jangan jadikan keterbatasan menjadi jadi penghalang. Namun harus berpikiran positif dan yakin dari kekurangan pasti ada kelebihan,” kata Imam yang ingin kuliah pascasarjana di Turki.
Imam merupakan anak tunggal pasangan Yasril (62) dan Erlis Idris (59) yang tinggal di Padang Laweh, Batu Payuang, Lareh Sago Halaban, Lima Puluh Kota. Ayahnya sebagai karyawan swasta dan ibunya guru SMA. Imam merupakan anak ketujuh setelah ibunya enam kali mengalami keguguran.
“Setelah 11 tahun menunggu, akhirnya bisa memiliki anak,” katanya.
Sejak kecil, Imam sering mengikuti berbagai perlombaan. Awalnya dia tidak pernah menang, tetapi dari kegagalan itu dia terus belajar dan mencermati kegagalan. Kini Imam berhasil menghafalkan Alquran hingga 30 juz pada 18 Oktober 2019 lalu.
“Imam telah berhasil mendirikan tiga pondok tahfidz untuk penghafal Alquran di Payakumbuh dan satu pondok tahfidz di Pasaman Barat dengan 300 santri,” katanya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait