"Kondisi ini didukung adanya pusat tekanan udara rendah di Samudra Hindia sebelah barat daya Sumatera, Kalimantan, dan Papua yang menyebabkan terbentuknya wilayah konvergensi (pertemuan massa udara) dan Shearline (daerah belokan angin) di wilayah Jawa dan Laut Jawa memicu peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah DIY," ujar dia.
Warjono mengatakan akibat kelembapan udara yang tinggi, lebih dari 80 persen, dan labilitas lokal yang cukup kuat ikut berkontribusi pada pembentukan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia, termasuk DIY.
"Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan karena kejadian cuaca ekstrem berpotensi menimbulkan bencana seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung," ujarnya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait