JAKARTA, iNews.id – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, kebijakan merger bank BUMN Syariah bukan untuk memonopoli bank syariah di Indonesia. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) akan didorong sebagai lokomotif pengembangan ekonomi dan keuangan berbasis Islam.
“Bukan berarti kita ingin memonopoli bank syariah lain, kita juga berharap ada bank syariah lain yang juga masuk pada 10 besar. Cuman hari ini kita buktikan dengan kita bersama langsung masuk ke rating 7," katanya, Jumat (12/2/2021).
Menurutnya, langkah BSI bisa diikuti oleh bank syariah swasta lainnya untuk menempati posisi bank terbaik dengan jumlah aset yang baik. Selama ini bank syariah BUMN memang tidak pernah menempati posisi penting sebagai bank syariah terbaik di Indonesia. Karenanya, dengan langkah merger, BSI mampu memperoleh aset senilai Rp240 triliun.
Agar BSI bisa membawa kinerja yang bagus dan menjanjikan, maka aset dan manajemen harus dikelola secara professional. Sangat mungkin BSI akan menjadi yang etrbaik di Indonesia maupun di internasional.
“Kementerian BUMN menargetkan pada 2025, BSI mampu menempati posisi 10 besar bank syariah terbaik dunia,” katanya.
Khusus untuk ekonomi syariah, kata Erick Thohir, fundamentalnya sangat kokoh. Bahkan melebihi ekonomi konvensional. Secara pertumbuhan, persentase pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia rata-rata di angka 17-18 persen, sementara bank konvensional berada di level 11 persen.
“Kalau kita lihat fundamentalnya tidak jelek, bank syariah itu pertumbuhannya lebih baik dari bank konvensional. Kalau tidak salah angkanya itu 17-18 persen. Sedangkan bank konvensional 11 persen," ujarnya.
Pemerintah akan mengambil langkah keberpihakan untuk mendorong kinerja ekonomi dan bank syariah di Indonesia dengan menjadikan sistem ekonomi yang inklusif atau terbuka.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait