BANTUL, iNews,id - Proses pembuatan film Jemparingan segera dimulai. Film yang digagas oleh komunitas Model Ndeso ini bertujuan untuk melestarikan budaya sekaligus memberikan edukasi ke masyarakat.
Produser, sutradara, pemain dan seluruh yang terlibat dalam pembuatan film ini, menggelar syukuran persiapan produksi di Gra GPC, Imogiri, Minggu (5/12/2021). " Film Jemparingan ini sekaligus wujud komitmen kita semua merawat nilai-nilai budaya utamanya budaya Jogja," ujar produser film Jemparingan Yudhi Kurniawan.
Menurut Yudhi, proses pengambilan gambar film Jemparingan ini akan dimulai pada 11 Desember 2021 dan puncak pengambilan gambar ditarget pada 30 Januari 2022 nanti. Proses pembuatan film akan dilakukan di sejumlah lokasi di DIY dan Jawa Tengah. Seperti di Bantul, Sleman, Kulonprogo hingga Boyolali, Jawa Tengah.
"Sejumlah tempat kita jadikan lokasi pengambilan gambar seperti di Candi Abang, Puncak Kleco, (petilasan ) Ki Ageng Mangir hingga di gumuk pasir bantul," ujarnya.
Yudhi menegaskan, film ini dibuat untuk edukasi dan pelestarian budaya bukan untuk komersil. Nantinya Jemparingan tidak akan diputar di bioskop atau di YuTube, namun akan diputar keliling di Kapenewonan, Kemantren dan kabupaten kota se DIY.
"Pendanaan tak libatkan pemerintah. Kami tak berharap dana keistimewaan, tak harapkan apapaun. Kami di sini, (karena) kami peduli untuk melestarikan budaya," ujarnya.
Yudhi berharap, film yang dibuat dengan melibatkan 100-an pemain dan kru serta sejumlah komunitas panahan ini bisa bermanfaat dan diterima oleh segala lapisan masyarakat. Dalam kesempatan itu Yudhi juga mengucapkan terimakasih kepada anggota DPR Gandung Pardiman yang telah men-support pembuatan film ini. "Semoga ini menjadi momentum tokoh-tokoh yang lain untuk mengikuti jejak Pak Gandung," katanya.
Sutradar Jemparingan, Septin Prahoro mengatakan, seting Jemparingan ini diambil di era Hamangku Buwono (HB) I. Menurutnya jemparingan atau panahan mempunyai filosofi yang mendalam.
"Kita ambil semua unsur budaya dan filosofi. Mudah-mudahan (dengan film ini) masyarakat Jogja jadi tau jemparingan itu ada filosofinya," ujarnya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait