YOGYAKARTA, iNews.id – Ratusan warga berebut gunungan dalam tradisi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta, Jumat (15/6/2018). Warga percaya berkah akan melimpah jika mereka berhasil mendapatkan gunungan yang terbuat dari hasil bumi tersebut.
Rebutan gunungan dalam tradisi Grebeg Syawal untuk memperingati Hari Raya Idul Fitri ini digelar Keraton Yogyakarta di halaman Masjid Gede Kauman, Jumat siang. Ratusan warga yang sejak pagi memadati lokasi langsung bergerak maju berdesak-desakan dan berebut gunungan yang terbuat dari hasil bumi tersebut. Bahkan, beberapa di antaranya nekat naik ke atas gunungan agar bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak.
Tradisi Grebeg Syawal tahun ini dilakukan tepat pada Hari Raya Idul Fitri. Sebab, menurut kalender keraton yang berpijak pada penanggalan Jawa, 1 Syawal 1439 Hijriah jatuh pada hari Jumat.
Meski tak seramai Grebeg Maulud dan Grebeg Besar, ritual yang telah menjadi tradisi sejak ratusan tahun silam tersebut tetap mampu menyedot perhatian ratusan warga. Mereka tak hanya datang dari Yogyakarta, melainkan juga berbagai kota. Wisatawan mancanegara pun banyak yang tampak antusias menyaksikannya.
Selain tertarik menyaksikan tradisi budaya Keraton Yogyakarta, banyak pula warga yang yakin jika berhasil mendapatkan gunungan tersebut, maka mereka akan mendapatkan berkah.
"Saya baru pertama kali ikut rebutan gunungan dan dapat ketan. Sebelumnya belum pernah ikutan karena ramai banget, jadi saya cuma melihat. Ini bisa buat berkah dalem katanya,” kata warga asal Yogyakarta, Acintyaswati Widianing.
Sementara warga asal Blora, Jawa Tengah, Wiwin juga mengakut datang dari jauh untuk ikut menyaksikan tradisi gunungan. Seperti warga lainnya, dia berharap mendapat berkah dengan mengikuti tradisi Keraton Yogyakarta tersebut.
“Awalnya saya pikir ini bisa dimakan, tapi katanya buat disimpan saja, untuk kenang kenangan, buat ngalap (mencari) berkah juga. Saya juga baru kali ini ikut rebutan gunungan,” kata Wiwin.
Wisawatan asal Amerika Serikat, Briana Blueit mengatakan, dirinya senang bisa menyaksikan tradisi Grebeg Syawal yang digelar Kraton Yogyakarta itu beramai-ramai bersama warga. Dia merasa beruntung karena bisa menyaksikan tradisi itu untuk pertama kalinya.
“Ini adalah pengalaman pertama saya melihat tradisi budaya Kraton Yogya dan saya sangat senang bisa menyaksikan tradisi ini bersama banyak orang di sini. Ini kesempatan terakhir saya melihat tradisi budaya di Yogya sebelum kembali ke negara asal saya. Saya sangat beruntung bisa ada di sini melihat suasana perayaan Hari Idul Fitri,” kata Briana.
Tradisi Grebeg Syawal yang mulai digelar sejak zaman Kerajaan Islam Mataram ini ditandai dengan keluarnya delapan bregodo prajurit dan pasukan gajah dari bangsal Ponconiti menuju alun-alun utara. Selanjutnya, dengan dikawal dua bregodo prajurit, yaitu prajurit lombok abang dan prajurit plangkir, tujuh gunungan yang terbuat dari hasil bumi seperti kacang panjang, cabai, ketan, dan lain sebagainya, diarak keluar kraton dari tujuh gunungan.
Dua gunungan di antaranya dibawa ke bangsal kepatihan dan Kadipaten Pakualaman untuk diperebutkan warga. Sementara lima gunungan sisanya dibawa dan diperebutkan di Masjid Gedhe Kauman setelah terlebih dulu didoakan. Kelima gunungan tersebut masing-masing gunungan estri, gepak, pawuhan, dharat dan gunungan jaler atau lanang.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait