KULONPROGO, iNews.id - Growol selama ini dikenal sebagai makanan yang identik dengan kalangan menengah ke bawah. Namun pelaku usaha mikro kecil dan menengah di Kulonprogo berhasil mengolah ketela menjadi produk growol berkualitas yang bisa 'dinikmati' semua kalangan.
Kepala Dukuh Tapen, Desa Hargomulyo, Kecamatan Kokap, Eko Aryanto di Kulonprogo mengatakan wilayahnya merupakan sentra produksi growol, yang awalnya dianggap sebelah mata, tapi sudah terkenal di wilayah Jakarta dan sekitarnya karena banyak perantau yang memesan growol dari wilayahnya.
"Kepada warga perantau Kulonprogo di Jabodetabek, terlebih para sedulur dari Kokap, mari kita lestarikan budaya leluhur makan growol. Setiap pembelian growol satu ompak, di samping akan meningkatkan daya tahan dan kesehatan tubuh, kalian telah berkontribusi terhadap kemakmuran masyarakat di kampung halaman," kata Eko, Jumat (18/12/2020).
Ia mengajak masyarakat Kulonprogo khususnya di perantauan mendukung budaya makan growol yang bermanfaat. Ia optimistis, ekonomi masyarakat industri growol akan terangkat.
"Di samping bisa menjadi makanan alternatif yang sangat baik bagi para penderita diabetes, bagi yang ingin mengurangi atau mengatasi kegemukan, growol juga sangat baik bagi mereka yang memiliki masalah lambung," katanya.
Salah satu perintis pembuatan growol di Hargomulyo Subandi mengatakan sudah menekuni usaha growol lebih dari 40 tahun. Dia paham sekali seluk beluk dan cara membuat growol yang berkualitas.
Menurutnya untuk mendapatkan growol yang baik, proses pembuatannya harus benar-benar cermat dan teliti, baik dari memilih bahan baku, pengolahan bahan baku sampai proses pembuatan.
"Kalau bahan baku, kami tidak bisa mengandalkan dari Kulonprogo, karena suplai singkong dari Kulonprogo sangat terbatas dan tidak stabil. Kami harus belanja ke wilayah Jateng seperti di Magelang, Wonosobo, dan sebagainya," kata Subandi menceritakan persoalan produksinya.
Mengenai persepsi masyarakat yang kurang menguntungkan terhadap growol, Subandi menjelaskan itu disebabkan kesalahan edukasi. Rasa growol yang agak asam atau bahasa Jawanya kecut, akibat banyaknya produk growol yang kurang bagus kualitasnya beredar di masyarakat.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait