Sementara Benny melobi pemerintah Thailand untuk meminta izin operasi pembebasan sandera. Awalnya pemerintah Thailand menolaknya, namun dengan diplomasi Benny dan atas dorongan Presiden Soeharto, pemerintah Thailand akhirnya mengizinkan pasukan Sintong untuk menggelar operasi militer.
Rencana pasukan antiteror Kopassus melakukan penyerbuan ke dalam pesawat pada pukul 4 subuh. Benny beranggapan pada jam tersebut para pembajak pasti sudah bangun dari tidurnya.
Rencana penyerbuan dimajukan menjadi pukul 3, di mana para pembajak diperkirakan masih terlelap. Kemudian saat waktunya tiba, pasukan Kopassus bergerak dari arah belakang pesawat, di mana Benny tiba-tiba ikut masuk dalam pasukan dan ini di luar skenario. Pasukan selanjutnya menuju pintu depan pesawat sebelah kiri.
Dalam peristiwa pembebasan sandera tersebut, terjadi kontak tembak. Anggota tim Antiteror Calon Perwira Letnan Ahmad Kirang yang masuk ke pesawat lewat pintu belakang terkena tembakan pembajak. Tembakan itu mengenai perut bawah Kirang yang tak terlindungi rompi antipeluru. Dia pun tersungkur. Di saat tembak menembak terjadi, pilot Herman Rante terkena tembakan dari pembajak tepat di kepalanya.
Dalam operasi ini, pihak pembajak yang berjumlah 5 orang semuanya tewas. Sementara dari pihak Kopassus kehilangan satu prajurit, yakni Letnan Ahmad Kirang. Pilot Herman Rante juga meninggal, setelah menjalani perawatan selama 6 hari di rumah sakit Thailand. Operasi ini berlangsung singkat, kurang lebih 3 menit.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait