YOGYAKARTA, iNews.id- Kebutuhan tenaga terampil digital sangat tinggi. Hal ini tidak diimbahi dengan ketersediaan tenaga terampil yang ada.
Diperkirakan hingga 2025, Indonesia membutuhkan 1,97 juta juta tenaga terampil digital. Sehingga peluang bagi tenaga kerja terampil digital masih terbuka luas.
“Sayangnya setiap tahun ketersediaan tenaga terampil digital yang siap pakai di Indonesia hanya berkisar angka 600.000 tenaga kerja. Kita ketinggalan jauh,” kata Indonesia VP Marketing Practicum Putra Nasution, Jumat (19/8/2022).
Hal ini disampaikan Putra di hadapan puluhan mahasiswa dalam talkshow bertema ‘Strategi Memulai Karir di Dunia IT Dengan Potensi Gaji 2 Digit Dalam Satu Tahun Bersama Praticum’ yang dilaksanakan di Café Silol.
Dalam talkshow itu Putra menjadi pembicara utama bersama dengan Co-Founder & CMO Tukoni dan Botika, Eri Kuncoro.
Menurut Putra selain Indonesia, tenaga terampil digital juga dibutuhan oleh negara-negara lain. Dimana World Economic Forum di beberapa negara menyebutkan pekerjaan yang paling diminati di 2021 semuanya dapat dilakukan dari jarak jauh.
Bahkan menburut Putra saat ini paradigma 84 persen pengusaha telah berencana untuk memperluas kerja jarak jauh.
"Ini jelas menandakan kebutuhan tenaga kerja di sektor IT bakal terus meningkat,” ujarnya.
Mengutip laporan Kementerian Ketenagakerjaan, Putra menyebut kebutuhan tenaga kerja tenaga terampil teknologi digital secara nasional baru mencapai 1 juta orang. Diperkirakan pada 2025 nanti akan bertambah hingga 1,97 juta orang.
"Oleh sebab itu beragam program pendidikan ditawarkan untuk mencetak profesional di bidang digital, seperti data scientist, data analyst, dan fullstack engineer dan lain sebagainya. Profesi-profesi ini banyak diminati oleh para fresh graduate di seluruh dunia," kata Putra.
Putra menyebut ribuan lulusan di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa memajukan karir mereka di bidang digital dan data atas bantuan Practicum dalam dua tahun terakhir.
"80 persen alumni telah langsung mendapatkan pekerjaan. Di Indonesia, Practicum telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan seperti GoTo dan Flip dan menjajaki kolaborasi dengan beberapa bank dan kementerian," ujarnya.
Sementara itu Eri Kuncoro menyebut tingginya permintaan tenaga terampil digital ini karena perubahan kebiasaan manusia pada teknologi digital yang berorientasi masa depan.
“Pandemi kemarin telah menghadirkan digitalisasi di masyarakat. Saat ini semua berlomba-lomba menguasai masa depan,” ujarnya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait