Deretan tragedi paling mematikan di dunia, salah satunya pembantaian terhadap etnis Sirkasia di Kaukasus oleh Rusia (Foto: Wikimedia Commons)

3. Pembantaian Sirkasia

Pembataian etnis Sirkasia atau juga dikenal sebagai Tsitsekun dilakukan oleh orang-orang Rusia terhadap Muslim. Pembunuhan serta pengusiran massal berlangsung secara sistematis oleh kekaisaran Rusia setelah perang yang berlangsung 1863-1864.

Diperkirakan 600.000 sampai 2 juta orang tewas dalam pembantaian yang berlangsung antara 1864 hingga 1867 itu.

Mayoritas warga Sirkasia dibunuh atau diusir, namun sebagian dari mereka yang mau kembali ke pangkuan Rusia diberi wilayah yakni di rawa-rawa. Mereka mendapat status sebagai orang Rusia jika mau keluar dari keyakinan. Hanya sebagian kecil yang kembali ke Rusia, sisanya dibantai.

Pembunuhan dilakukan secara sadis menggunakan berbagai metode, salah satu yang paling brutal adalah pasukan Rusia-Cossack merobek perut perempuan hamil. 

Beberapa jenderal Rusia seperti Grigory Zass menggambarkan Sirkasia sebagai kotoran serta memberi lampu hijau untuk membunuh mereka, bahkan ada yang dijadikan sebagai bahan eksperimen ilmiah serta memerkosa para perempuan.

Sir Pelgrave, seorang diplomat Inggris yang menyaksikan peristiwa itu, melaporkan pembantaian dan pengusiran juga dialami dialami Muslim di wilayah Kaukasus lainnya. 

4. Pembantaian Rwanda

Pembantaian juga terjadi Rwanda, negara di Afrika. Pembersihan etnis secara brutal itu menimpa etnis Tutsi, Hutu, dan Twa pada 1994. Tragedi ini dipicu pembunuhan Juvenal Habyarimana, presiden Rwanda. Diperkirakan 490.000 sampai 800.000 warga Suku Tutsi dibantai oleh kelompok bersenjata Rwanda pendukung Habyarimana.

Selama Perang Saudara Rwanda yang berlangsung sekitar 100 hari, kelompok etnis minoritas Tutsi, Hutu, dan Twa, dibantai oleh milisi bersenjata.

Pada 1990, Front Patriotik Rwanda (RPF), kelompok pemberontak yang sebagian besar terdiri dari pengungsi Tutsi, menyerbu Rwanda utara dari pangkalan mereka di Uganda, yang menandai dimulainya Perang Saudara Rwanda. 

Namun tidak ada pihak yang mendapat keuntungan selama perang, sehingga pemerintah Rwanda yang dipimpin Habyarimana menandatangani kesepakatan damai Arusha dengan RPF pada 4 Agustus 1993.

Para sejarawan menilai, genosida terhadap Tutsi telah direncanakan untuk beberapa tahun. Namun, pembunuhan Habyarimana pada 6 April 1994 menyebabkan kekosongan kekuasaan dan mengakhiri kesepakatan damai.


Editor : Ainun Najib

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network