YOGYAKARTA, iNews.id - Pohon karet selama ini hanya dimanfaatkan getahnya untuk membuat ban. Siapa sangka biji karet yang selama ini belum dimanfaatkan bisa diolah menjadi bahan baku pembuatan tempe.
Tempe menggunakan biji karet dikembangkan sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Mereka mengedukasi warga di Desa Babat, Kecamatan Penukal, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan membuat tempe dari biji karet. Program ini menjadi program sinergi antara Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi serta Kementerian Agama bagi mahasiswa agar berperan dalam penanganan kemiskinan dan masalah sosial di masyarakat.
Para mahasiswa ini Tegar Ristianto dan Alifah Nur Aqrimah Prodi Pendidikan Sejarah, Aji Nur Wijaksono Prodi Pendidikan Fisika. Mereka juga dibantu oleh Mangara Klose Siahaan dari prodi Teknik Sipil Intitut Teknologi Sumatera, Gulfi Oktariani serta Nadya Lucyana Prodi Sistem Komputer UNSRI.
“Kami prihatin biji karet tidak banyak dimanfaatkan, sedangkan penyadap tidak memiliki pekerjaan sampingan,” kata Tegar Ristianto.
Selama ini biji karet yang jatuh hanya dibiarkan dan dijadikan sebagai bibit. Padahal biji ini bisa diolah menjadi tempe yang mengandung 31,6 persen karbohidrat, 15,6 persen protein, 40,9 persen lemak dan sisanya adalah minerak dan asam sianida.
“Asam sianida dihilangkan dengan cara direndam selama 24 jam dan perebusan selama 90 menit,” katanya.
Tempe dari biji karet lebih lembut daripada tempe kedelai, tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es.
Proses pembuatan tempe biji karet diawali dengan mencuci biji karet dan dibuang kulitnya. Daging ini kemudian direndam selama satu jam, kemudian ditiriskan. Biji karet kemudian di cuci dan dikukus. Terakhir dipindah ke tampah dan diratakan tipis-tipis dan setelah kering ditaburi ragi.
“Tahap peragian menjadi yang terpenting dalam fermentasi ini,” kata Alifah.
Kepala Desa Babat Arie Meidiansyah, mengucapkan terimakasih kepada mahasiswa yang mampu menularkan ilmu dalam pembuatan tempe. Selama ini biji karet hanya dibuang dan tidak memiliki nilai ekonomis.
“Semoga ini menjadi bagian untuk meningkatkan ekonomi baru di masyarakat,” ujarnya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait