GUNUNGKIDUL, iNews.id - Melonjaknya harga kedelai import membawa berkah bagi perajin tempe benguk di Kabupaten Gunungkidul. Mereka kebanjiran order karena banyak konsumen beralih ke tempe benguk.
“Sekarang malah semakin laris, tempe benguk jadi alternatif pengganti tempe kedelai,” kata Sujilah, perajin tempe benguk di Saptosari, Gunungkidul, Kamis (24/2/2022).
Tempe benguk memang tidak popuer seperti tempe kedelai. Namun di DIY masyarakat sudah biasa amengonsumsi tempe benguk karena bisa dimasak seperti tempe kedelai. Benguk merupakan kacang-kacangan yang banyak dipakai untuk bahan tempe.
Proses pembuatan tempe benguk juga menggunakan cara yang sama dengan pembuatan tempe kedelai. Sedangkan bahan baku berupa kacang benguk sangat terjangkau di kisaran Rp7.000 per kilogram. Padahal harga kedelai sudah tembus Rp15.000 sampai Rp20.000 per kilogramnya.
“Saya sudah puluhan tahun membuat tempe benguk. Karena bahannya lokal jadi tidak pernah ada lonjakan harga,” katanya.
Setiap kilogram benguk bisa menghasilkan 70-80 bungkus tempe. Uniknya tempe benguk dibungkus dengan daun jati yang dilapisi daun pisang. Kacang benguk kerap dimasak sebagai gorengan atau diberi santan yang dikenal dengan nama tempe besengek.
Sujilah mengaku dalam kondisi normal hanya mmebuat setengah hingga satu kilogram. Namun kini setiap harinya dia bisa menghabiskan di atas dua kilogram. Tempe benguk mentah dijual bijian dengan harga Rp200. Ketika sudah digoreng akan dijual seharga Rp500.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait