Untuk bisa menjadi anggota Kopassus seorang prajurit harus mengikuti pendidikan yang sangat berat. (Foto anggota Kopassus : Reuters)

Akibat latihan keras tersebut kedua kaki Sutiyoso bengkak sehingga tidak bisa memakai sepatu lagi dan hanya menggunakan sandal jepit. 

”Saya tidak mau menjadi tentara yang tanggung-tanggung. Sudah terlanjut bonyok jadi sekalian saja,” ucap mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini. 

Terakhir adalah tahap rawa laut. Selama dua bulan, Sutiyoso dilatih kemampuan patroli ilmu medan rawa dan diuji pembebasan tokoh di kamp tawanan. Pada tahap ini, prajurit Komando setiap hari berenang dan mendayung, praktik pendaratan, survival laut, renang ponco di laut, pelolosan. 

“Salah satu yang paling edan adalah berenang satu kilometer, penyusupan malam hari dari Cilacap menuju Nusakambangan. Sungguh berat dan menakutkan,” kata Bang Yos panggilan akrab Sutiyoso. 

Bukan hanya itu, tahap paling mendebarkan menurut Sutiyoso adalah saat para prajurit Komando satu persatu dilepas di sebuah tempat di Nusakambangan dan harus tiba di save house di Pantai Permisan paling lambat pukul 22.00 WIB. Tanpa bekal apapun, mereka harus menembus segala rintangan baik alam maupun kejaran dari instruktur. 

Jika tertangkap maka akan dijebloskan ke dalam kamp tahanan, diinterogasi dan disiksa supaya buka mulut. ”Persis seperti perang sungguhan. Pada fase pelolosan hanya mereka yang tertangkap saja yang merasakan siksaan sebagai tawanan,” kenang Sutiyoso.

Setelah fase pelolosan, dilanjutkan dengan kamp tawanan. Selama tiga hari tiga malam seluruh calon prajurit Komando diinterogasi dan disiksa sehingga merasakan bagaimana menjadi tawanan. Mereka yang lolos akan mendapatkan Baret Merah, baju loreng darah mengalir dan pisau Komando.


Editor : Ainun Najib

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4 5
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network