Puro Pakualaman Yogyakarta. (Foto: ist)

JAKARTA, iNews.id - Berdirinya Pakualaman menandai pembagian kekuasaan keraton Yogyakarta secara politis. Ada peran Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles.

Raffles menggelar upacara selama tiga hari dan mengundang Sultan Hamengkubuwono II yang memimpin Keraton Yogyakarta. 

Ini menjadi penghinaan bagi Sultan Yogya itu. Upacara "mendiami kembali" ini hanya pura-pura karena penjarahan besar-besaran atas keraton terus berjalan.

Peter Carey dalam buku 'Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro : 1785 - 1855' mengisahkan upacara yang kedua terjadi pada 22 Juni di Bangsal Kencono. 

Raffles mengumumkan aneksasi Kedu dan sepertiga wilayah Mancanegara Timur Keraton Yogyakarta sebagai upah bagi operasi militer Inggris.

Dia juga mengumumkan penunjukan Notokusumo sebagai pemangku kepangeranan dengan gelar Pakualaman di bawah Pangeran Adipati Pakualaman dan pembentukan Korps Pakualaman yang terdiri atas 100 serdadu berkuda.

Pendirian Pakualaman ini menandai pembagian Yogyakarta secara politis dan isyarat penghinaan terhadap kesultanan. Pakualam I punya hubungan khusus dengan Inggris dan dicatat dalam sumber-sumber Jawa. 

Pakualam I terkadang disebut sebagai miji atau pejabat bawahan langsung dan kadang sebagai rencang (pelayan) penguasa kolonial.

Pura Pakualaman (Foto: Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta)

Upacara ketiga dan terakhir adalah pengambilan sumpah setia di depan publik terhadap pemerintah Inggris dan penguasa Keraton Yogyakarta yang baru oleh kaum kerabat sultan dan para pejabat senior keraton. 

Tetapi hal ini hampir tidak dapat mengusik realitas politik yang ada tentang pembagian Yogya yang pedih dan kesultanan yang tiba-tiba jatuh miskin.

Saat bala tentara Inggris meninggalkan Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono II dan dua putranya, Mangkudiningrat dan Mertosono, serta seorang bupati juga diboyong ke Semarang. Sebuah perjalanan tahap pertama menuju tempat pengasingan. 

Di kapal fregat Inggris yang membawa mereka ke Pulau Pinang, terdapat dua putra Suro-Adimenggolo IV, Saleh dan Sukur yang akan pergi ke Kalkuta.

Kapal itu mengangkut 68 peti berisi uang sebanyak 408.414 dolar Spanyol dalam bentuk koin perak dan tembaga. Itu semua harta kekayaan Keraton Yogyakarta yang terkumpul selama 18 tahun berkuasa

Harta kekayaan ikut dibawa bersama Sultan Hamengkubuwono II menuju pengasingan. Namun harta itu bukan lagi miliknya yang dapat dipakai bersenang-senang. 

Peluh keringat kaum petani Jawa tanpa nama itulah yang sekarang menjadi barang rampasan penakluk asing yang menang perang.


Editor : Reza Yunanto

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network