Wahyu Handayani, salah satu istri dari korban kekejaman operasi penembakan misterius (petrus). (Foto : iNews.id /yohanes demo)

Seorang teman, kemudian mengajak Kentus bekerja sebagai kenek atau kondektur  bus dengan gaji yang tak seberapa. Di saat bersamaan keempat anaknya semakin besar, sehingga kebutuhan biaya hidup keluarga makin banyak terutama untuk sekolah.

"Pernah anak saya pulang sekolah nangis. Pas saya tanya katanya diusir karena belum bayar. hati saya sedih sekali," ujarnya lagi.

Bahkan saking seringnya mendapatkan janji-janji dari pemerintah, Wahyu Handayani tampak tidak terlalu antusias mendengar pernyataan Presiden RI, Joko Widodo yang mana pemerintah berjanji akan memulihkan hak-hak korban dan keluarga korban pelanggaran HAM berat, yang salah satunya adalah korban petrus.

"Komnas HAM dulu sering menghubungi saya. Katanya mau dibantu. Namun sampai sekarang ya cuma janji. Saya cuma ditanya perlu bantuan apa, namun ya enggak dibantu," ujarnya.

Hingga suaminya meninggal dunia karena sakit, bantuan-bantuan yang dijanjikan tak pernah datang. Wahyu Handayani yang kecewa lantas melampiaskannya dengan membuang semua berkas dari Komnas HAM.

Sebenarnya permintaannya tidak muluk-muluk. Dia hanya meminta pembayaran kerugian yang harus ia tanggung selama ini. Pasalnya usai kejadian itu, dia seorang diri harus berjibaku menafkahi keluarga. Gara-gara tragedi petrus itu suaminya tak bisa bekerja dan keluarganya hidup dalam situasi yang serba kesulitan.

"Dihitung saja berapa kerugian yang keluarga saya tanggung karena bapak, membesarkan anak, menyekolahkan anak, sampai biaya berobat bapak, itu kan sangat banyak. Sampai sekarang kami masih hidup dalam trauma. Kalau ingat lagi masa-masa itu saya pasti nangis," ujarnya. 


Editor : Ainun Najib

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network