Pada Januari lalu, tentara pemberontak menggulingkan Presiden Burkina Faso yang terpilih secara demokratis, Roch Marc Christian Kabore. Mereka berjanji untuk mengamankan negara dari kekerasan jihad.
Menurut U.N, sayangnya jumlah serangan justru meningkat 11 persen pada Februari dibandingkan bulan sebelumnya.
CEO Intelonyx Intelligence Advisory, Laith Alkhouri yang menyediakan analisis intelijen mengatakan, irama dan kecanggihan kekerasan yang lebih cepat, dapat diartikan militan mengeksploitasi perpecahan publik setelah junta mengambil alih.
“Serangan baru itu menandakan gelombang militansi yang meningkat di utara Burkina Faso dan menimbulkan kekhawatiran meluasnya jangkauan kelompok teroris yang tidak diragukan lagi membuat tugas junta mengamankan negara semakin sulit,” katanya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait