GUNUNGKIDUL, iNews.id - Aksi protes mewarnai kontes sapi dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-195 Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sejumlah peserta asal Wonolelo, Bantul terlibat adu mulut dengan panitia lomba karena memenangkan sapi lokal Gunungkidul, padahal sapi pemenang merupakan sapi PO crossing Brahman dan bukan sapi PO.
Protes muncul saat pengumuman juara 1 kategori "Ekstrem PO". Peserta dari Wonolelo, Bantul, mempersoalkan sapi milik Teodorus peternak Gunungkidul yang dinilai bukan sapi Peranakan Ongole (PO) murni, melainkan hasil persilangan dengan Brahman (PO crossing). Meski demikian, sapi berbobot lebih dari satu ton itu tetap dinobatkan sebagai juara pertama.
Sedangkan sapi milik Sugeng, peserta asal Bantul dengan bobot mencapai 9 kuintal, hanya berhasil meraih posisi kedua. Kondisi ini memicu perdebatan sengit antar peserta dan menimbulkan protes ke panitia.
“Sapi PO dan sapi crossing itu berbeda,”* ujar Sugeng, salah satu peserta kontes dilansir dari pantura.inews.id, Minggu (28/9/2025).
Namun panitia tetap pada keputusannya. Mereka beralasan sapi pemenang masih termasuk satu rumpun dengan sapi PO. Keputusan itu membuat beberapa peserta memilih meninggalkan arena lomba sebagai bentuk kekecewaan.
Meski diwarnai ketegangan, kontes sapi yang digelar Pemkab Gunungkidul ini tetap berlangsung hingga akhir. Kegiatan tersebut diikuti lebih dari 70 ekor sapi dari berbagai kabupaten di DIY dengan lima kategori lomba: Ekstrem PO, Pejantan PO, Indukan PO, Calon Pejantan PO, dan Calon Indukan PO.
“Total kita membawa 6 ekor dari kandang,untuk perawatan sama seperti biasanya dan saya berharap sapi PO di gunungkidul bisa lebih banyak lagi,”kata Teodorus, peternak lokal sekaligus juara pertama kategori "Ekstrem PO".
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait