Salah satu ODDP di Temon, Kulonprogo menunjukkan batik kreasinya. (Foto: iNews.id/Kuntadi)

Penyandang ODDP yang lain Nur Zaena mengaku saat ini masih rutin melakukan pengobatan kejiwaan di rumah sakit. Semenjak ada pendampingan, dia semakin mantap menekuni profesi sebagai pengajar di TPA hingga menjadi perajin batik. 

“Awalnya ada pelatihan membatik, karena saya tertarik kemudian difasilitasi. Batik ini sudah saya pasarkan sampai di Thailand,” katanya. 

Dia berharap pemerintah ikut membantu dalam pemasaran dan promosi. Sebab selama ini mereka menjual produk di beberapa event saja. Terkadang masih ada kelompok yang memesan batik untuk seragam atau cinderamata. 

Project Manager Kesehatan Jiwa Masyarakat, Pusat rehabilitasi Yakkum, Siswaningtyas mengatakan, kegiatan ini menjadi promosi kesehatan jiwa dan dukungan sosial. Harapannya tidak ada lagi stigma pada ODDP. 

“ODDP  dan keluarganya tidak butuh belas kasihan, tetapi kesematan, dukungan dan penerimaan agar bisa kembali pulih mandiri dan berdaya,” katanya. 

Pendampingan pertama dilakukan dengan kunjungan ke rumah berdasarkan kondisi masing-masing disabilitas psikososial. Setelah minum obat teratur, mereka difasilitasi untuk terapinya dalam SHG dan proses adaptasi. Biasanya pascaperawatan rumah sakit mereka tidak punya aktivitas untuk interaksi.      


Editor : Kuntadi Kuntadi

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network