GUNUNGKIDUL, iNews.id - Penyebaran agama Islam di tanah Jawa tak lepas dari peran Sunan Kalijaga yang membangun sejumlah masjid dan musala. Masjid Sunan Kalijaga di Padukuhan Doplang Kalurahan Girikarto Kapanewon Panggang Gunungkidul, menjadi salah satu peninggalan yang masih tersisa.
Masjid ini lokasinya berada di kawasan pesisir yang hanya berjarak satu kilometer dari Pantai Gesing. Masjid ini berada di atas tanah Sultan Ground (SG).
Ketua Takmir Masjid Sunan Kalijaga Doplang, Sumardini menuturkan awalnya bangunan utama masjid ini seluas 8x8 meter. Namun tiga tahun lalu, masyarakat memperluas bangunan dengan menambah serambi ukuran 6x8 meter dan teras 2x8 meter.
"Masjid ini berdiri di tanah Sultan Ground dengan bangunan utama mirip joglo," kata dia, Minggu (10/4/2022).
Ada 4 soko (tiang) kayu jati di tengah bangunan utama masjid tersebut. Awalnya tinggi tiang 3,5 meter namun sudah diganti bersamaan dengan pembangunan teras dan serambi. Sedangkan tinggi dinding hanya 2,5 meter dan tinggi pintu hanya 2 meter. Kondisi ini disebut tidak ideal sehingga perlu diganti dengan yang lebih tinggi.
Awalnya, masjid Sunan Kalijaga Doplang ini hanyalah berdinding anyaman bambu dan lantai dari tanah yang berdebu. Namun seiring dengan kesadaran masyarakat, masjid tersebut secara bertahap dilakukan renovasi.
Salah satu yang masih dipercaya warga Girikarto, masjid ini menjadi tempat untuk melakukan ritual selamatan meminta hujan ketika musim kemarau berkepanjangan. Warga dari enam padukuhan kerap menggelar upacara kenduri ingkung yang diletakkan di dalam pengaron (tempayan dari tanah liat).
"Terakhir kali itu tahun 2019 lalu kayaknya. Saat itu kan kemarau sangat panjang, warga 6 padukuhan kemudian menggelar upacara kenduri ingkung itu," ujarnya.
Lurah Girikarto, Sumardiyono membenarkan jika masjid tersebut masih disakralkan oleh masyarakat setempat. Masjid Sunan Kalijaga terkenal sebagai tempat untuk memohon kepada Tuhan bagi yang akan memiliki hajat tertentu.
"Saya sendiri membuktikannya. Sebelum pilihan lurah kemarin saya sowan ke sana dan memanjatkan doa di sana. Dan alhamdulillah dikabulkan," tuturnya.
Pengaron atau tempat air memang menjadi ciri khas masjid tersebut. Sebelum direnovasi, kubah masjid tersebut hanyalah pengaron yang dipasang terbalik untuk menutup ujung atap masjid. Namun usai dipasang kubah dari aluminium, pengaron tersebut kini masih diletakkan di atas tempat imam berdiri (pengimaman).
Berdasarkan cerita kakek buyutnya, kata Sumardiyono masjid tersebut didirikan oleh Sunan Kalijaga di tepi sungai dan kini sungainya telah hilang. Pada suatu ketika seluruh Kalurahan Girikarto terbakar. Meski jarak antar rumah kala itu masih berjauhan.
Anehnya yang tidak terbakar hanyalah masjid dan sebuah kentongan besar yang terbuat dari kayu. Kentongan tersebut digunakan oleh salah seorang warga untuk bersembunyi dari kobaran api. Dan orang tersebut selamat dari amukan si jago merah.
"Saat kebakaran itu kubahnya secara ghaib berpindah ke masjid di Kalurahan Girisekar sana," katanya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait