JAKARTA, iNews.id - Mengenal Arhanud S-60, salah satu alutsista tua yang dimiliki TNI. Sejak dekade 60-an, tepatnya ketika masa persiapan Operasi Trikora di Irian Barat, militer Indonesia menggunakan meriam ini untuk memperkuat TNI.
Usai perubahan arus politik Indonesia pada tahun 1965, meriam pertahanan udara S-60 ini tetap dioperasikan hingga kini.
Dikarenakan umurnya yang sudah tidak lagi muda, maka Indonesia melakukan modernisasi dan beberapa modifikasi agar S-60 tetap bisa diandalkan dalam menangkis serangan udara bersama alutsista Arhanud lainnya.
Seperti S60 yang aslinya manual dan analog kini sudah dilengkapi dengan Fire Control System dan computerized dengan disematkannya 2 layar LCD untuk memudahkan operator beraksi. Berikut adalah penjelasan mengenai Alutsista kesayangan Indonesia Arhanud S-60 :
Mengenal Arhanud S-60
Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) S-60 merupakan meriam buatan Uni Soviet (Rusia) yang mulai diproduksi sejak tahun 1950. Memiliki kaliber 57x348 mm dengan berat 4,5-4,6 ton. Arhanud S-60 ini memiliki panjang 8,5 meter dengan lebar 2 meter yang dapat ditumpangi oleh 7 awak. Kecepatan luncur proyekti yan dapat dihasilkan dari arhanud S60 ini adalah 1000 meter per detik.
Menuruti klasifikasinya, S-60 masuk dalam meriam PSU (penangkis serangan udara) laras tunggal dengan jarak tembak target rendah dan menengah. Dengan panduan sistem penembakkan terintegrasi, jangkauan meriam ini bisa melesat hingga 6.000 meter.
Meriam ini didatangkan ke Indinesia bersamaan dengan beragam alutsista dari Uni Soviet seperti tank amfibi PT-76, pesawat tempur keluarga MiG, pesawat bomber TU-16 dan kapal jelajah Sverdlov-class yang diberi nama KRI Irian. Awalnya, meriam S-60 hadir dengan kelengkapan bidik dan sistem kendali senjata yang konservatif, yakni autsista tanpa AKT (alat kendali tembak). Namun, seiring tuntutan dan perkembangan zaman, dimulai sejak tahun 90-an, S-60 TNI AD sudah mulai ditingkatkan kehandalannya dengan dilakukan program retrofit.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait