Saat keduanya beristirahat itulah, sang bayi terus menangis. Karenanya kedua utusan itu berusaha menenangkannya melalui berbagai cara. Namun ternyata bayi tersebut masih saja rewel, kedua utusan itu berinisiatif memandikannya.
Ki Juru Mertani kemudian naik ke salah satu bukit dan menginjak tanah di puncak bukit itu. Dengan kesaktiannya, tanah di bawahnya runtuh dan nampak menganga sebuah lubang yang kelihatan ada aliran air di bawahnya.
Sang bayi lalu mereka bopong (gendhong) turun dan dimandikan di dalam gua. Dan saat memandikan itu, tanpa sengaja pipi sang bayi terbentur (Dalam bahasa Jawa disebut kebendhul) batu yang ada di dalam gua itu. Karena kejadian itulah, oleh masyarakat setempat maka gua tersebut kemudian diberi nama Gua Pindul.
Namun demikian ada kisah lain yang menyebutkan asal muasal nama Gua Pindul yaitu tentang kisah Ki Joko Singlulung. Mitos ini sebenarnya juga beredar di masyarakat lokal. Kisah tentang seorang anak yang tengah mencari ayahnya, yang bernama Joko Singlulung.
Anak tersebut mencari ayahnya dengan cara menyusuri sungai, hutan dan gua untuk mencari ayahnya. Ketika sampai di salah satu gua, pipi Ki Joko terbentur dinding gua dan mengalami bengkak.
Setelah itu masyarakat sekitar menamai gua tersebut Pindul dari muasal nama Jawa pipi gebendul. Dalam bahasa indonesia arti gebendul adalah bengkak karena terbentur.
Gua Pindul memiliki panjang kurang lebih 350 meter, penyusuran dapat ditempuh dengan waktu normal yaitu 40-60 menit. Ukuran lebar antar dinding rata-rata 4 meter, ketinggian dari permukaan air dengan dinding di atas sekitar 5 meter dan kedalaman air sungai sekitar 1-12 meter.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait