MOSKOW, iNews.id - Rusia meminta negara-negara Barat untuk menghentikan pengiriman senjata ke Ukraina. Negara Beruang Merah itu memperingatkan tentang ancaman perang nuklir.
Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov. Dia memperingatkan komunitas internasional untuk tidak meremehkan risiko perang nuklir.
Dia menegaskan bantuan senjata negara-negara NATO kepada Ukraina menunjukkan bahwa aliansi militer itu terlibat perang proksi dengan Rusia.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi pemerintah, Lavrov menjelaskan risiko menuju perang dan konflik nuklir cukup besar.
"Risikonya sekarang cukup besar. Saya tidak ingin meningkatkan risiko itu secara artifisial. Banyak yang menyukai itu. Bahayanya serius, nyata dan kita tidak boleh meremehkannya," kata Lavrov, sebagaimana dilaporkan kembali Reuters, Selasa (26/4/2022).
Lebih lanjut Lavrov menyinggung bantuan negara Barat yang terus menerus kepada Ukraina. Tindakan itu tak akan menyelesaikan konflik yang berlangsung sejak 24 Februari tersebut
"NATO, pada dasarnya, terlibat dalam perang dengan Rusia melalui proxi dan mempersenjatai proxi itu. Perang berarti perang," katanya.
Mengomentari pernyataan Lavrov, Menlu Ukraina Dmytro Kuleba menganggap ketakutan Rusia itu sebagai tanda kelemahan.
Rusia, lanjut dia, kehilangan harapan terakhir dengan menakut-nakuti dunia agar tidak membantu Ukraina.
"Ini berarti Moskow merasakan kalah," kata Kuleba, dalam komentarnya di Twitter.
Dalam kunjungan ke Kiev pada Minggu lalu, Menlu Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dan Menteri Pertahanan (Menhan) Lloyd Austin menjanjikan bantuan militer lebih banyak kepada Ukraina.
Dalam keterangan resmi sehari kemudian, Departemen Luar Negeri AS menyetujui potensi penjualan amunisi senilai 165 juta dolar AS untuk Ukraina. Menurut Departemen Pertahanan (Pentagon), paket bantuan itu mencakup amunisi artileri meriam howitzer, tank, dan peluncur granat.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait