Tetenger Markas Gerilya SWK 101/WK III di Kampung Kadipaten Wetan, Keraton Yogyakarta yang selesai dipugar dan diresmikan, Jumat (19/8/2022). (Foto : Antara)

Sumadi meyakini wisata sosiokultural memiliki keunggulan karena tidak mudah membuat wisatawan merasa bosan untuk berkunjung berulang kali.

"Saat ini, banyak wisatawan yang memiliki keinginan untuk bisa merasakan langsung pengalaman sejarah dan budaya di lingkungan masyarakat," katanya.

Sementara itu, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Kadipaten Gardani mengatakan renovasi tetenger dibiayai melalui dana strategis kelurahan.

"Dulu, hanya tertempel di tembok rumah, sekarang sudah direnovasi dan dilengkapi dengan semacam diorama yang menceritakan perjuangan bangsa," katanya.

Tetenger tersebut dibangun oleh Paguyuban SWK pada 1995 untuk mengenang perjuangan Sub Wehrkreis (SWK) 101/ Wehrkreis III pada masa pendudukan Belanda, 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949.

Salah satu rumah di kampung tersebut juga menjadi markas SWK 101. "Rumah yang menjadi markas masih ada sampai saat ini. Tidak jauh dari titik tetenger," katanya.

Dalam perjuangan tersebut, dua nama gerilyawan dari SWK 101 yang gugur tertembak pun tercetak pada prasasti tetenger, yaitu Kemis Imam Baskari dan Mur Slamet.

"Ada sejarah yang menarik di kampung ini pada masa perjuangan kemerdekaan, yaitu menjadi tempat persembunyian istri Jenderal Sudirman yang waktu itu menggunakan nama samaran Bu Cokro," katanya.

Dia pun meyakini jika keberadaan tetenger tersebut mampu menarik minat wisatawan untuk datang.


Editor : Ainun Najib

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network