KULONPROGO, iNews.id – Penjualan peti mati di Kabupaten Kulonprogo, DIY mengalami peningkatan selama masa pandemi Covid-19. Bahkan, penjualan mereka meningkat hingga tiga kali lipat karena pemakaman saat ini banyak menggunakan peti mati.
“Sebelumnya sehari paling satu, sekarang bisa tiga atau empat,” kata seorang pedagang peti mati di Wates, kulonprogo, Sucipto, Jumat (18/9/2020)
Usaha jual beli peti mati ini sudah dijalankan Sucipto sejak puluhan tahun silam. Usaha tersebut merupakan warisan dari orang tuanya. Toko ini telah menjadi langganan RSUD Wates ketika ada kasus kematian.
“Kami siap 24 jam, ketika ada permintaan malam itu akan langsung diantar,” katanya.
Peti mati dijual dengan harga bervariasi antara Rp700.000 sampai dengan Rp1,3 juta tergantung jenisnya. Untuk peti mati kepak dijual Rp550.000. Sedangkan untuk jenis limasan dijual antara Rp700.000–Rp800.000 dan peti mati joglo sekitar Rp1,3 juta.
Penjualan peti mati yang meningkat menjadikan usaha pembuatan peti mati lebih bergairah. Biasanya mereka membuat atas pesanan penjual atau pedagang. Mereka akan mendapatkan upah antara Rp100.000 sampai dengan Rp125.000 tergantung jenis peti mati yang dibuat.
Setiap perajin setiap hari hanya bisa menyelesaikan satu unit peti mati kepak. Sedangkan jenis joglo atau limasa butuh waktu dua hari karena proses pengerjaan yang lebih rumit.
“Sekarang setiap minggu bisa membuat empat atau enam unit. Biasanya bahan dari pemesan kita hanya tenaganya,” katanya.
Sementara itu petugas Amerta RSUD Wates, Kundori mengatakan sudah memiliki toko langganan. Mereka biasanya akan minta kiriman ketika ada pasien yang meninggal. Selama masa pandemi Covid-19 beberapa pasien harus dimakamkan dengan protokol kesehatan. Di antaranya menggunakan peti dan dibungkus dengan plastik.
“Protokolnya harus dengan peti, jadi ketika ada kematian kita minta pedagang mengirimkan,” katanya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait