YOGYAKARTA, iNews.id- Fenomena antrean mengular di nozzle pertalite banyak terjadi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Padahal di satu sisi, nozzle pertamax nampak lengang bahkan terkadang tidak ada yang membeli.
Fenomena antrean membeli pertalite tersebut banyak dijumpai di SPBU kawasan Kota Yogyakarta ataupun Kabupaten Bantul. Tak sedikit dari SPBU-SPBU yang mengaku pertalite kosong karena menunggu pengiriman.
Ketua DPC Hiswana Migas DIY, Ariyanto Sukoco mengakui sejak pemerintah menaikkan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi jenis pertamax tanggal 1 April 2022 yang lalu, tak sedikit pelanggan Pertamax yang berpindah ke Pertalite. Akibatnya penjualan pertamax mengalami penurunan.
"Memang ada penurunan penjualan pertamax sekitar 40 persen dibanding sebelum ada kenaikan," tutur dia, Rabu (13/4/2022).
Menurutnya disparitas harga yang cukup mencolok usai harga pertamax dinaikan mengakibatkan konsumen memilih bahan bakar yang harganya lebih murah. Sehingga tak jarang stok pertalite di SPBU cepat sekali berkurang.
Kondisi ini tentu membuat prihatin para pengusaha SPBU karena pendapatan mereka menurun drastis. Karena sejatinya keuntungan menjual pertamax lebih bagus dibanding penjualan pertalite yang notabene sekarang menjadi bahan bakar penugasan karena disubsidi pemerintah.
"Karena penjualan pertamax berkurang otomatis pendapatan kita juga menurun," ujarnya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait