Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama lebih dari 1,5 tahun, lanjut Herman, memberikan tekanan cukup besar bagi industri jasa pariwisata termasuk hotel dan restoran yang menjadi anggota PHRI.
"Terlebih saat kasus naik dan kemudian diikuti kebijakan PPKM dan penutupan tempat wisata. Saat ini, rata-rata okupansi hotel hanya satu digit atau di bawah 10 persen. Berat sekali kondisinya," katanya.
Dari sekitar 400 hotel dan restoran di DIY yang menjadi anggota PHRI, sekitar 70 tempat usaha memilih menutup usahanya secara permanen dan beberapa melakukan penutupan sementara menunggu kondisi membaik.
"Saat memaksa beroperasi, terkadang tidak ada tamu yang menginap di hotel. Padahal, beban operasional tetap ada sehingga lebih baik menutup sementara," katanya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait