WASHINGTON, iNews.id - Amerika Serikat (AS) akan mengakhiri misi milter di Irak pada akhir tahun ini. Pengumuman itu muncul setelah Presiden Joe Biden mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri (PM) Irak Mustafa al-Kadhimi di Gedung Putih.
Saat ini ada 2.500 tentara AS di Irak membantu pasukan lokal melawan sisa-sisa kelompok ISIS. Jumlah pasukan AS kemungkinan akan tetap sama tetapi langkah itu dilihat sebagai upaya untuk membantu PM Irak.
Bagi Presiden AS, pengumuman itu menandai berakhirnya perang lain yang dimulai di bawah mantan Presiden George W Bush. Tahun ini dia mengatakan pasukan AS akan meninggalkan Afghanistan.
"Kerja sama kontra-terorisme kami akan berlanjut bahkan saat kami beralih ke fase baru ini," kata Biden kepada mitranya dari Irak di Gedung Putih.
"Hari ini hubungan kami lebih kuat dari sebelumnya. Kerja sama kami adalah untuk ekonomi, lingkungan, kesehatan, pendidikan, budaya dan banyak lagi," kata Kadhimi seperti dikutip dari BBC, Selasa (27/7/2021).
Dalam kesempatan itu, Khadhimi bersikeras tidak ada pasukan tempur asing yang dibutuhkan di Irak.
Pasukan pimpinan AS menginvasi Irak pada tahun 2003 untuk menggulingkan Presiden Saddam Hussein dan menghilangkan senjata pemusnah massal yang ternyata tidak ada.
Kemudian Presiden George W Bush menjanjikan Irak yang bebas dan damai, tetapi pada kenyataannya diliputi oleh pemberontakan sektarian berdarah.
Pasukan tempur AS akhirnya mundur pada 2011. Namun, mereka kembali atas permintaan pemerintah Irak tiga tahun kemudian, ketika militan ISIS menyerbu sebagian besar negara itu.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait