YOGYAKARTA, iNews.id-Pemerintah kini tengah melakukan perbaikan saluran Selokan Mataram. Tak main-main, perbaikan langsung dilakukan sepanjang 30,9 kilometer sekaligus. Perbaikan sudah dilakukan mulai awal bulan Agustus 2022 kemarin.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman Suparmono menjelaskan, untuk perbaikan tersebut memang perlu pengeringan saluran Selokan Mataram. Karenanya dia tidak menampik jika dampaknya akan berimbas pada lahan pertanian yang selama ini menggantungkan diri dari Selokan Mataram.
"Dari ujung barat Sleman hingga paling timur itu mampu mengairi 15.734 Ha persawahan di sepanjang alirannya, jadi kalau dikeringkan ya pasti dampaknya ke lahan pertanian," ujar dia, Selasa (13/9/2022).
Bangunan Selokan Mataram yang memiliki lebar antara 2-6 meter sebenarnya sudah cukup tua. Saat ini saluran tersebut sudah banyak yang bocor sehingga kurang efektif untuk pengairan lahan pertanian warga.
Oleh karenanya, pihaknya lantas menggagas upaya perbaikan dengan segera. Karena jika terlambat melakukan rehab, justru akan memperparah titik-titik bocor dan banjir. Sehingga nantinya Selokan Mataram akan berfungsi maksimal.
"Ya karena perbaikan maka saat ini Selokan Mataram kami matikan. Ya kurang lebih selama tiga bulan," katanya.
Pram tak menampik adanya perbaikan Selokan Mataram berpengaruh dalam pada kegiatan usaha tani tanaman pangan, hortikultura, peternakan maupun perkebunan. Karena pasokan air untuk irigasi dipastikan akan berkurang bahkan hampir tidak ada.
Setidaknya, 545 hektare lahan sawah dan kolam ikan 230.120 meter persegi, yang terkena dampak akibat dimatikannya saluran warisan kebijakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu. Dari jumlah 544 Ha tersebut, 293 Ha yang tidak ditanami. Lahan yang tidak bisa ditanami ini berada di sejumlah Kapanewon di Sleman.
"Lahan seluas 251 Ha yang masih bisa ditanami ada di Purwomartani, Tirtomartani dan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan. Saat ini ditanami palawija, umur sekitar satu sampai dua bulan," ujarnya.
Dia mengklaim, mereka sudah melakukan sosialisasi beberapa bulan sebelum jaringan air Selokan Mataram dimatikan. Sehingga masyarakat atau petani sudah mengetahui dan memahami resiko yang akan mereka dapatkan karena perbaikan tersebut.
Beberapa Poktan yang sudah memiliki sumber air dan pompa air bisa mengantisipasi masalah ini. Namun ada juga petani/Poktan yang tetap membiarkan tanahnya menjadi bero/tidak produktif, kata dia.
"sebagian petani/Poktan yang sudah siap menanam padi terpaksa menunda menanam padi. mereka mengalihkan pada tanaman palawija dan hortikultura," ujar dia.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Bambang Kuntoro menjelaskan, BPBD sampai kemudian mengirimkan dropping air ke lokasi kekeringan. Namun, kekeringan meluas hingga ada 81 KK terdampak, terhitung hingga Minggu (11/9/2022).
"Awalnya berdampak pada 15 KK di Padukuhan Susukan II, Kapanewon Seyegan. Kini bertambah,"ujar dia.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait