Juru Kunci Cupu Kyai Panjolo, Dwijo Sumarto mengatakan, dulu ada lima buah Cupu ada di wilayah tersebut. Dua di antaranya hilang dan yang tersisa masing-masing bernama Semar Tinandu, Palang Kinantang dan Kenthiwiri sementara Bagor dan Klobot hilang.
"Bagor dan Klobot dalam bahasa Jawa adalah Karung dan Kulit Jagung. Karena merasa sangat biasa dan tidak ada penghormatan dalam nama Bagor dan Klobot pun hilang secara misterius," ujarnya.
Dwijo menjelaskan Kenthiwiri adalah Cupu terkecil gambaran untuk rakyat kecil atau kawulo alit. Semar Tinandu adalah Cupu paling besar sebagai gambaran keadaan penguasa dan pejabat tinggi, Palang Kinantang adalah cupu menengah sebagai gambaran untuk masyarakat menengah. Karena Cupu tersebut dianggap keramat maka selalu dibungkus dengan kain kafan dan selalu diganti dengan yang baru setiap tahunnya.
Dari cerita yang ada, Cupu Kiai Panjolo didapat Eyang Seyek nama asli Kiai Panjala saat menjala ikan di lautan sekitar 550 tahun yang lalu. Saat itu Eyang Seyek diketahui hidup sebatangkara dan tidak beristri namun memiliki 10 saudara kandung, Iima perempuan dan Iima Iaki-laki.
Dwijo Sumarto merupakan keturunan ke tujuh dari saudara Eyang Seyek yang kini diserahi tugas mengurus Cupu Kyai Panjala. Kakek buyutnya saudara kandung Eyang Seyek, maka ia menjadi bagian dari ahli waris Cupu Kyai Panjolo.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait