“Ketika seorang kepala diplomatik mengatakan konflik tertentu hanya dapat diselesaikan melalui aksi militer. Iya, itu pasti pernyataan pribadi. Dia salah bicara atau berbicara tanpa berpikir, membuat pernyataan yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Itu komentar yang keterlaluan,” tuturnya.
Menurut dia, peran Uni Eropa telah bergeser terkait krisis keamanan Ukraina. Sebelumnya Uni Eropa tidak memosisikan diri sebagai organisasi militer dan berjuang secara bersama-sama melawan ancaman yang diciptakan.
Lavrov menilai, perubahan itu merupakan buah dari tekanan yang diberikan AS kepada para anggota Uni Eropa sehingga mendorong mereka lebih dekat ke NATO.
Padahal, kata Lavrov, Rusia ingin krisis Ukraina diselasaikan di meja perundingan. Rusia tetap pada tuntutannya yakni Ukraina harus menyatakan diri sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung ke NATO
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait