Sehingga angka rata-rata korban di pihak Inggris hanya di bawah 10 persen, lumayan kecil dibandingkan dengan ratusan orang-angka kerugian yang gugur di pihak keraton. Pada hari penyergapan Sindurejo II, Gubernur Jenderal Inggris Raffles mengutus penerjemah Karesidenan Semarang, CF Krijgsman untuk mengultimatum Sultan.
Jika tidak menyerahkan tahta dalam dua jam kepada Putra Mahkota, maka Inggris akan mulai membombardir keraton dengan meriam. Sambil menoleh kepada Putra Mahkota, Sultan bertanya apakah la siap untuk menerima tuntutan Inggris itu.
Putra Mahkota dengan tegas menolak dan berdasarkan itu Sultan menulis sepucuk surat tegas yang menjelaskan secara rinci penolakannya dan meminta Notokusumo untuk menjelaskan mengapa belakangan ini dia membelot ke pihak Inggris. Pemboman meriam artileri Inggris dimulai pada sore harinya hingga malam.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait