Sementara itu, pengrajin genteng kripik di Dusun Polosiyo Desa Poncosari Srandakan Bantul Rohmad mengatakan, masih mempertahankan produksi genteng tradisional karena sudah digeluti orang tua secara turun menurun, meskipun diakui konsumen banyak beralih ke genteng modern.
Dia mengatakan, industri genteng kripik ini meneruskan usaha ayah yang juga produsen, mengingat di kampung Polosiyo ini dulunya merupakan sentra genteng kripik, dan saat ini dengan dibantu istri dan ibunya dalam satu hari dapat memproduksi sekitar 200 sampai 250 genteng kripik.
"Konsumen genteng kripik sebagian besar dari Kulon Progo dan Bantul, kelebihan genteng ini bobotnya lebih ringan, banyak digunakan di pendopo-pendopo maupun rumah kampung.? Satu genteng saya jual Rp900 tiap seribunya, selain genteng saya juga produksi genteng wuwung," katanya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait