Mbah Benu menggunakan pendekatan budaya untuk mendekati masyarakat Jawa yang masih sinkretis. Dia tokoh yang memiliki keilmuan integratif. Tidak hanya menguasai ilmu Alquran, hadis, fikih, tasawuf, tetapi juga ilmu kedokteran, pertanian, perikanan, lingkungan hidup, bela diri bahkan sampai kepada yang berhubungan dengan hal-hal spiritual.
Tentang Jemaah Aolia
Pada tahun 1984, Mbah Benu bersama masyarakat mendirikan Masjid Aolia yang berdiri di sisi petigaan Giriharjo, Panggang. Masjid ini dibangun dengan ornamen klasik seolah telah ada sejak tahun 1800-an yang letaknya diseberang jalan arah Parangtritis.
Mbah Benu memiliki hubungan dengan masyarakat yang tergabung dalam jemaah Aolia. Mayoritas jemaah berasal dari wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Dia merupakan sesepuh daerah Panggang, Gunungkidul.
Jamaah Aolia selama ini dipimpin langsung Mbah Benu yang disebut sebagai Mursyid atau guru.
Putra Ketiga Pengasuh Jemaah Aolia, Musa Assiqbillah mengatakan, jemaah Aolia tersebar di berbagai daerah terutama Jawa Tengah dan DIY, di mana mereka melaksanakan sholat Id bersamaan hari ini semua. Dia tidak bisa menghitungnya secara pasti karena jumlahnya sangat panjang.
"Kalau secara pasti saya tidak tahu karena sangat banyak. Di (Kecamatan) Panggang ada sekitar 10 titik," tutur dia kepada iNews.id beberapa waktu lalu.
Jemaah Masjid Aolia bukan sebagai organisasi. Jemaah Masjid Aolia menganut aliran Ahlu Sunah wal Jamaah. Jemaah Masjid Aolia terbentuk sudah cukup lama yaitu sekira tahun 1983 saat itu dia belum lahir.
Disebutkan jika Mursyid Kyai Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranowo atau Mbah Benu keilmuannya secara Laduni yang turun tiba-tiba ke pribadi Raden Ibnu Hajar Sholeh. Karena Mbah Benu juga dibimbing oleh Mursyid-mursyid yang lain seperti Gus Jogo Rekso di Muntilan, Syech Jumadil Kubro dimakamkan di Gunung Turgi dan Sunan Pandanaran di Klaten.
"Beliau pernah mondok seperti di Pesantren Mbulus, pesantren daerah Maron Purworejo," ujarnya.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait