YOGYAKARTA, iNews.id - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengaku prihatin dengan aksi kekerasan yang mengakibatkan satu suporter PSS Sleman meninggal dunia pada Sabtu (27/8/2022). Suporter yang dewasa harus menjadi pangayom generasi muda.
"Kenapa kekerasan yang diutamakan. Ini kan sudah gak muda lagi karena ada yang umur 40 tahun," kata Sultan kepada wartawan di Yogyakarta, Selasa (30/8/2022).
Sultan menyayangkan kejadian ini melibatkan suporter yang sudah dewasa. Semestinya mereka bisa menjadi pengayom bagi suporter yang masih muda serta menjadi pelindung bagi suporter bola yang berusia belia.
"Mestinya mereka memberikan perlindungan bukan malah melakukan perbuatan (kekerasan)," ujar Sultan.
Sultan mengatakan, untuk mendamaikan dua kelompok suporter butuh hati dan jiwa yang besar. Mereka harus legowo jika nanti semuanya bersahabat dan tidak ada rasa saling mengalahkan.
Setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi jika kedua kelompok akan berdamai. Pertama mereka harus memiliki rasa sama dan sebanding dan kedua harus memiliki win-win solution.
"Bagaimana mereka merasa aman dan nyaman. Kalau datang harus lebih unggul gak bisa, berartikan mengalahkan yang lain kalau seperti itu gak bisa harus ada kesadaran," ujar Sultan.
Kejadian kekerasan seperti ini harus dihentikan. Kasus itu menunjukkan sportifitas bukan pada pemain, namun pada suporternya.
Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa berharap pertandingan sepakbola tidak lagi digelar terlalu malam. Jika dilaksanakan pukul 20.30 WIB maka akan selesai pada 22.30 WIB. Sedangkan suporter mereka masih harus kembali ke rumahnya lebih malam lagi.
“Kami hanya bisa memberikan masukan. Kalau bisa jangan terlalu malam,” katanya.
Seorang suporter PSS Sleman Aditya Eka Putranda tewas setelah menjadi korban penganiayaan yang dilakukans ekolah orang di Perlintasan kereta api Mejing Kidul, Ambarketawang, Gamping. Polisi telah mengamankan para pelaku dan menetapkan 12 orang tersangka.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait